Sabtu, 27 Juni 2015

Patah Semangat

Sebuah cerita dari teman pelatih tentang permasalahan dalam kepelatihan olahraga prestasi ataupun profesional. Permasalah tersebut ialah patah semangat. Patah semangat yaitu padam semangat dalam latih dan melatih diakibatkan karena stress. Pelatih yang mengalami patah semangat biasanya merasa tak berdaya, mudah marah dan kurang kendali atas lingkungannya (menganggap metode latihannya sudah tidak memungkinkan dan diperparah oleh rasa frustasi). Patah semangat paling sering terjadi pada pelatih yang antusias, berdedikasi dan penuh perhatian. Patah semangat ini pun bukanlah suatu fenomena khusus yang dialami oleh pelatih olahraga besar, olahraga apapun dan pada tingkat mana pun dapat menderita gejala ini. Umumnya, pelatih yang mengalami patah semangat tersebut berpikiran tertutup dan jadi tidak luwes. Banyaknya waktu yang dihabiskan dalam tugas kepelatihan mungkin meningkat, namun lebih sedikit yang terseleseikan. Akhirnya terjadilah patah semangat yang menghinggapi pelatih-pelatih tersebut menjadi tidak sehat, terlalu lelah dan merasa tertekan.
   Olahraga prestasi tidak mungkin belajar otodidak, pastinya ada seorang pemandu yang ahli dalam bidang dan cabang yang dipilih. Pemandu pun tak dapat memandu dan melatih bila tidak ada sertifikat yang melegalkan program latihan yang diterapkannya. Hidup sebagai seorang pemandu olahraga prestasi itu sebenarnya sangat menyenangkan meski kadang sangat dipengaruhi kapabilitas anak didik yang dipandunya. 
    Ada sebuah cerita tentang pelatih yang patah semangat. Katakanlah namanya pelatih "X". Pelatih "X" biasanya antusias dan senang memenuhi impian seumur hidupnya untuk melatih. Pada 10 tahun pertama dalam melatih timnya benar-benar kelihatan berhasil. Olahragawan, orang tua dan guru kagum atas kemampuan kepemimpinannya. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berpilir tentang kepelatihan, tentang melatih, mengamati pertandingan, mempelajari film-film pertandingan dan mempersiapkan pertandingan. Pelatih X ini selalu tinggal lama setelah latihan bersama olahragawan. Para orang tua sering menelepon ataupun sms (short message service) untuk menyatakan bahwa dialah yang dibutuhkan oleh anak-anak mereka. Sanjungan dan terima kasih datang tak henti-hentinya. Seiring waktu berjalan, pelatih X akhirnya menyadari bahwa dirinya adalah satu-satinya orang yang benar-benar memperhatikan olahragawan sebagai orang, manusia dewasa dikemudian hari. Orang lain nampaknya memperlakukan kepelatihannya sebagaikerja sambilan. Mereka hanya mempunyai sedikit waktu bagi olahragawannya. Mereka bersembunyi di kantornya dan mengasingkan diri sedapat-dapatnya. Bahkan olahragawan dari pelatih lain minta tolong pada pelatih X ini. Pelatih mereka nampaknya kurang begitu peduli dan perhatian. Akhirnya, pelatih X mulai menyadari bahwa keuangannya tidak mencukupi. Guru dan pelatih lain keadaannya lebih baik. Mereka menambah pendapatannya dengan pekerjaan lain sementara pelatih X mengurusi olahragawannya. Para pengurus tahu apa yang terjadi,tetapi nampaknya mereka tidak peduli. Merekamenyatakan padanya untuk tidak terlalu serius menanggapi pekerjaannya sebagai pelatih. Pelatih X mula-mula memperhatikannya meskipun tidak melakukan tindakan apapun. Ia mulai mempertanyakn nilai-nilainya dan mulai khawatir bahwa ia tidak dapat memenuhi kebutuhan finansial keluarganya. Untuk kali pertama pelatih X mempertanyakan tanggungjawabnya dalam melatih. Tetap melatih dengan bayaran yang kurang cukup untuk kebutuhannya atau berhenti dan melupakan dunia kepelatihan. Bahkan keluarganya sempat membujuk untuk berhenti melatih. Ketika pelatih X pada keputusan berhenti melatih, banyak para orang tua olahragawan tidak memahami. Merekan pikir pelatih X sudah malas dan tidak peduli lagi. 
    Begitulah akhir dari riwayat seorang pelatih. Mereka dituntut mengembangkan suatu tanggungjawab yang kuat atas nilai-nilai tertentu namun tidak didukung dengan finansial yg cukup. Kemantapan dan dedikasi sebagai pelatih sangatlah penting bahkan jauh lebih bernilai daripada kemenangan, tetapi perhatian dan apresiasi kita atas kerja keras pelatih jangan dilupakan. Mereka juga ada keluarga yang harus dicukupi kebutuhan finansialnya. Dengan demikian agar para pelatih tetap bahagia dalam melatih dan tidak ada hutang untuk menghidupi keluarganya.

Bacaan yang dianjurkan
- Dasar-dasar ilmiah kepelatihan (Russell R. Pate)