Minggu, 12 Desember 2010

Pembinaan Kondisi Fisik Olahraga 2 (Sebuah Rangkuman)


Latihan adalah suatu proses perubahan kearah yang lebih baik, untuk meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional peralatan tubuh dan kualitas fisik anak latih.
Pelatih adalah seseorang yang memiliki kemampuan professional untuk membantu mengungkapkan potensi olahragawan menjadi kemampuan yang nyata secara optimal dalam waktu relatif singkat.
Tugas pelatih :
  • Membimbing
  • Membantu mengungkapkan potensi olahragawan
  • Merencanakan, menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi proses berlatih melatih
  • Mencari dan memilih bibit olahragawan berbakat
  • Memimpin dalam petandingan ( perlombaan )
  • Mengorganisasi dan mengelola proses latihan
  • Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
Olahragawan : seseorang yang menelusuri dan aktif melakukan latihan untuk meraih prestasi pada cabang olahraga yang dipilih.
Sasaran utama latihan fisik adalah untuk meningkatkan kualitas kebugaran energi (energi fitness dan kebugaran otot (muscular fitness).
Kebugaran energi :
  • Peningkatan kemempuan aerobic
  • Peningkatan kemampuan anaerobic
a.Anaerobic laktik
b.Anaerobic alaktik
Kebugaran otot : kekuatan, ketahanan, kecepatan, power, kelentukan, keseimbangan, koordinasi, dan kelincahan.

Kualitas Fisik Olahragawan : Latihan + beban
Terdapat 2 macam beban latihan :
§Beban luar: rangsang motorik yang dapat diatur dan oleh pelatih maupun olahragawan memvariasikan komponen latihan (intensitas, volum, recoveri, dan interval).
§Beban dalam: perubahan fiungsional yang terjadi pada peralatan tubuh sebagai pengaruh beben luar.
Saran dan tujuan latihan :
§Meningkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh.
§Mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang khusus
§Menambah dam menyempurnakan tekhnik.
§Mengembangkan dan menyempurnakan strategi, tekhnik, taktik, dan pola bermain.
§Meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding.

PRINSIP-PRINSIP LATIHAN
Berikut ini akan dijabarkan beberapa prisip yang seluruhnya dapt dilaksanakan sebagai pedoman agar tujuan latihan tercapai dalam satu kali tatap muka antara lain :
  • Prinsip kesiapan
  • Prinsip individual
  • Prinsip adaptasi
  • Prisip beban lebih
  • Prinsip progresif
  • Prinsip spesifik
  • Prinsip fariasi
  • Prinsip pemanasan dan pendinginan
  • Prinsip latihan jangka panjang
  • Prinsip berkebalikan
  • Prinsip tidak berlebihan
  • Prinsip sistematik


KOMPONEN-KOMPONEN LATIHAN
Superkompensasi adalah perubahan kualitas fungsional peralatan tubuh kearah yang lebih baik, sebagai akibat dari pengaruh perlakuan beban luar yang tepat.
Komponen latihan yang menentukan proses terjadinya superkompensasi, antara lain :
  • Intensitas
Intensitas adalah ukuran yang menunjukan kualitas (mutu) suatu rangsang / pembebanan. Bisa ditentukan antara lain dengan cara :
a)1 RM ( repetition maximum )
b)Denyut jantung per menit
c)Kecepatan waktu tempuh
d)Jarak tampuh
e)Jumlah repetisi per waktu tertentu
f)Pemberian waktu recovery dan interval
  • Volume
Volume adalah ukuran yang menunjukan kuantitas (jumlah) suatu rangsang / pembebanan. Untuk menentukan besarnya volume dapat dilakukan dengan cara menghitung :
a)Jumlah bobot pemberatpersesi
b)Jumlah ulangan persesi
c)Jumlah set persesi
d)Jumlah pembebanan persesi
e)Jumlah seri persesi
f)Jumlah lama singkatnya pemberian waktu recovery dan interval
  • Recovery (t.r)
Recovery adalah waktu istiorahat yang diberikan pada saat antar setatau antar repetisi (ulangan). Ada 2 macam recovery dan interval :
a)Recovery dan interval lengkap : lebih dari 90 detik
b)Recovery dan interval tidak lengkap : kurang dari 90 detik
  • Interval (t.i)
Interval adalah waktu istirahat yang diberikan antar seri, antar sirkuit, atau antar repetisi (ulangan). Recovery dan interval pada prinsipnya sama tetapi recovery selalu lebih pendek (singkat) dari penberian waktu interval.
  • Repitisi
Repetisi adalah jumlah ulamgan yang dilakukan untuk setiap butir atau setiap item latihan.
  • Set
Set adalah jumlah ulangan untuk satu jenis butir latihann. Set dan repetisi mempunyai pengertian yang sama tetapi leyak perbedaannya, set dipakai unutk menyebutkan jumlah ulangan pada macam latihan yang tunggal, sedang repetisi dipakai untuk menyebutkan jumlah ulangan pada latihan dari beberapa betir (macam) aktivitas.
  • Seri atau sirkuit
Seri atau sirkuit adalah ukuran keberhasilan dalam menyelesaikan beberapa rangkaian butir latihan yang berbeda. Artinya dalam satu seri terdiri beberapa macam latihan yang semuanya harus diselesaikan dalam satu rangkaian.
  • Durasi
Durasi adalah ukuran yang menunjukan lamanyan waktu perangsangan (lam waktu latihan).
  • Densitas
Densitas adalah ukuran yang mrnunjukan padatnya perangsang (lama pembebanan). Padat atau tidaknyan waktu perangsang (densitas) ini sangat dipengaruhi oleh lamanya pemberian waktu recoverydan interval. Semakin pendek waktu recovery atau interval, maka densitas latihan semakin rendah.
  • Irama
Irama adalh ukuran yang menunjukan kecepatan pelaksanaan suatu perangsang atau pembebenan. Latihan dengan rangsangan meningkatkankekuatan yang bertujuan pada pembesaran otot.
  • Frekuensi
Frekuensi adalah jumalh latihan yang dilakukan dalam periode waktu tertentu. Bertujuan untuk menunjukan jumlah tatap muka (seri) latihan pada setiap minggunya.
  • Sesi atau unit
Sesi atau unit adalah jumlah materi program latihan yang disusun dan yang harus dilakukan dalam satu kali pertemuan (tatap muka).


SISTEM ENERGI
Pada dasarnya ada 2 macam system metabolisme energi yang diperlukan dalam aktivitas gerak manusia :
  • System energi anaerob
System anaerob selama proses pemenuhan energinya tidak menentukan bantuan oksigen (O2), namun menggunakan energi yang telah tersimpan di dalam otot, yaiti ATP dan PC. Pada sistem energi anaerob dibagi menjadi 2 yaitu :
a)Anaerobic alaktik : system ATP – PC menyediakan energi siap pakai yang diperlukan untuk permulaan aktivitas fisik dengan intensitas tinggi.
b)Anaerobic laktik : sistem glikolisis (Asam laktat). Untuk aktivitas terus berlangsung, sedangkan persediaan energi dari system anaerobic alaktik sudah habis tidak mencukupi lagi, maka energi akan disediakan denagn cara mengurangi glikogen otot dan glukosa darah melalui jalur glikolisis anaerob (tanpa bantuan oksigen).
Ciri-ciri system energi anaerobic alaktik :
1)Intensitas kerja maksimal
2)Lama kerja kira-kira sampai 10 detik
3)Irama kerja eksplosif
4)Aktifitas menghasilkan ADP + energi
Cirri-ciri energi anaerobic laktik :
1)Intensitas kerja maksimal
2)Lama kerja antara10-20 detik
3)Irama kerja eksplosif
4)Aktifitas menghasilkan asam laktat + energi
  • System energi aerobic
Menyangkut serentetan reaksi kimia yang memerlukan adanya oksigen (O2). System ini digunakan untuk aktivitas dengan intensitas rendah yang dilakukan dalam waktu lebih dari 2 menit, maka laktat yang sudah tidak bias diresintesis lagi menjadi sumber energi. Untuk itu diperlukan O2 untuk membaru proses resintesis asam alaktat menjadi sumber energi kenbali.
Ciri-ciri system aerobic :
a)Intensitas kerja sedang
b)Lama kerja lebih dari 3 menit
c)Irama garek (kerja) lancar dan terus menerus (kontinu)
d)Selama aktivitas menghasilkan karbondioksida + air (CO2 + H2O)


PENYUSUNAN PROGRAN LATIHAN
Penyusunan program latihan adalah proses merencanakan dan menyusun materi, beban, sasaran, dan metode latihan pada setiap proses tahapan yang akan dilakukan oleh setiap olahragawan. Dalam penyusujnan program latihan perlu memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai faktor, meliputi : mengetahui biodata atlet, lanhkah-lanhkah penyusunan program, dan karakteristik cabang olahraga. Obyek latihan adalah manusia yang merupakan satu totalitas sistem psiko-fisik ytang kompleks, dan kondisinya bersifat labil dan sementara. Artinya, kondisi manusia selalau berubah sehingga dalam proses ke arah yang lebih baik, diantaranya untuk meningkatkan kualitas fisik, fungsional peralatan tubuh, dan kualitas psikis. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan program latihan.
  1. Biodata Olahragawan
Adapun biodata atlet yang diperluikan sebagai bahan pertimbangan utama dalam menentukan beban latihan yang antara lain meliputi :
1.klasifikasi atlet (pemula, menengah, tinmggi atau terlatih atau tidak)
2.usia latihan (lama latihan)
3.usia kronologis (tanggal lahir)
4.tinggi dan berat badan
5.denyut jantung istirahat
6.frekuemsi latihan yang akan dilaksanakan
7.waktu pelaksanaan pertandingan
8.kondisi kesehatan (pernah sakit atau belum, jenis penyaskit dan lama sakit).
  1. Langkah-langkah Penyusunan Program Latihan
Agar sasaran latihan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan, maka langkah-langkah tersebut diantaranya :
1.Waktu Pelaksanaan Pertandingan
Setelah mengetahui waktu dan jumlah pertyandingan, langkah selanjutnya adalah menghitungjumlah bulan, minggu, hari, danm jam yang tersedia untuk latihan. Pada setiap bulannya dirinci jumlah minggu yang ada. Setiap minggunya dihitung berapa hari yang dapat digunakan untuk latihan, sehingga dapat menentukan frekunsi yang akan dilakukian dalam setiap minggunya. Selanjutnya setiap sesi latihan berapa lama waktu yang tersedia untuk latihan, sehingga dapat menghitung jumlahjam latihan.
2.Diagnosis Kemampuan Awal
Materi diagnosis kemampuan awal meliputi keterampilan teknik, komponen biomotor yang diperluikan cabang olahraganya, antrophometri, dan kondisi psikologis atlet.
3.Penyusunan Program Latihan
Tujuan dari penyusunan materi program latihan adalah untuk meningkatkan kualitas keterampilan, kebugaran oto, dan kebugaran energi atlet. Program latihan yang baik seharusnya berisikan materi teori, materi prakter, metode, sasaran latihan yang dirinci pada setiap tahap periodisasi.
4.Penentuan Sasaran Latihan
Secara praktek sasaran latihan adalah meningkatkan kualitas keterampilan, kebugaran fisik, dan kebugaran energi atlet. Dalam mengatur pembebanan ada 4 komponen yang ikut menentukan keberhasilan proses pembebanan, yaitu : intensitas, volum, recovery, dan interval.
5.Tujuan Mengacu Pada Periodisasi Latihan
Tujuan latihan fisik adalah meningkatkan kebugaran energi dan kebugaran otot
PeriodisasiSasaran Latihan
Periode Transisi: memelihara kebugaran jasmani: meningkatkan ketahanan aerobik
Periode Persiapan: meningkatkan kekuatan umu dan khusus: meningkatkan kecepatan
: meningkatkan powert
PeriodisasaiSasaran latihan
Periode Kompetisi: meningkatkan kemampuan anaerobik: miningkatkan ketahanan anaerobik
: bentuk latihan dengan kecepatan dan power
6.Pelaksanaan dan Pemantauan Program
Selama proses latihan diperlukan pemantauan, dengan maksimal agar proses latihan sesuai de3ngan sasaran pada waktu periode tertentu, Selain itu juga untuk mengetahui apakah metode yang dilakukan sudah cocok dengan tujuan.
7.Umpan Balik
Bila terjadi kesalahan pada materi latihan, misalnya teknik, maka umpan balik dapat diberikan secara langsung. Hal itu dimaksudkan agar atlet segera mengetahui letak kesalahan dan membenahi untuk dapat melakukan ke arah yang benar.
8.Penyusunan Kembali Program Latihan
Apabila dalam proses pemantauan benar-benar terjadi penyimpangan yang diperkirakan dapat mengakibatkan tujuan latihan tidak tercapai, maka dengan segera diadakan peninjauan kembali terhadap program dan proses latihan yang telah berjalan.


  1. Peninjauan Karakteristik Cabang Olahraga
1)Predominan Sistem energi
Secara umum setiap cabang olahraga memerlukanenergi aerobik. Sebab kemampuan energi aerobik sebagai landasan untuk pengembangan sistem energi yang lain, yaitu anaerobik alaktik dan anaerobik alaktik. Dengan mengetahui predomonan sistem energi yang digunakan pada satu cabang olahraga, dapat sebagai dasar peretimbangan dalam memilih dan menentukan metode peningkatannya.
2)Predominan Komponen Biomotor
Biomotor adalah terjadinya gerak pada manusia yang dipengaruhi oleh sistem lain yang ada dalam dirinya. Sistem lain tersebut diantarannya adalah energi, otot, tulang, dan sistem kardiorespirasi.
3)Jenis Otot
Secara garis besar otot yang dimiliki manusia dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu : 1. otot merah karena mengandung hemoglobin, sehingga jenis otot merah sesuai cabang olahraga yang memerlukan daya tahan aerobik. 2. otot putih ebih tepat untuk jenis olahraga yang memerlukan kecepatan.
4)Otot dan Ekstrimitas yang Bekerja
5)Lama Pertandingan
Lama waktu berlangsungnya pertandingan dan densitas untuk setiap cabang olahraga berbeda-beda dimana sangat erat kaitannyan dengna waktu recovery dan interval yang digunakan selama bertanding.
6)Jenis Olahraga
Jenis pertandingan olahraga dibedakan menjadi body contact dan non body contact serta individu dan beregu. Pada olahraga bersifat body contact jenis kekuatan maksimal diperlukan sedangkanyang non body contact lebih memerlukan jenis kekuatan yang lain. Padea permainan individu memerlukan mobilitas yang tinggi. Artinya intensitasnya menjadi relatif labih berat. Sedeang pada permainan beregu relatiflabih ringan.
7)Macam dan Irama Gerak
Gerak dibedakan menbjadi garaj siklus dan non siklus. Gerak siklus adalah gerak yang dilakukan secara terus menerus, sedangkan gerak non siklus adalah gerak yang dilakukan secara terputus-putus.
Jenis Lapangan
9)Teknik dan Taktik
Tekhnik adalah suatu gerak yang dilakukan secara tepat berdasarkan kemampuan lokomotor, kondisi mekanik dan peraturan permainan. Taktik adalah kemampuan atlet mengatasi segala situasi dan pernasalahan yang terjadi di lapangan untuk mendapat keuntungan.


KOMPONEN BIOMOTOR
Biomotor adalah kemampuan gerak manusia yang dipengaruhi oleh kondisi system organ dalam. Komponen biomotor dipengaruhi oleh kondisi 2 hal :
  • Kebugaran energi (energy fitness)
  • Kebugaran otot (muscular fitness)
Kebugaran energi terdiri atas kapasitas aerobic dan kapasitas anaerobic. Kebugaran otot adalah keseluruha dari komponen-komponen biomotor yang meliputi kekuatan, ketahanan, kecepatan, power, fleksibelitas, keseinbangan dan kelincahan. Kebugaran jasmani adalah suatu peralatan tubuh yang mampu memelihara tersedianya energi sebelum, selama, dan sesudah kerja.
  1. KETAHANAN
Ketahanan adalah kemampuan peralatan organ tubuh olahragawan untuk melawan kelelahan selama berlangsungnya aktivitas. Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan olahragawan agar dapat mengatasi kelelahan selama aktivitas kerja berlangsung.
Hubungan antara ketahanan dan kinerja(penampilan) fisik olahragawan antara lain :
1)Kemampuan untuk melakukan aktivitas kerja secara terus menerus dengan intensitas tinggi edan dalam waktu yang lama
2)Kemampuan memperpendek waktu recovery
3)Kemempuan menerima beban latihan lebih berat, lebih lama, dan bervariasi
Menurut jenisnya ketahanan ada 2 yaitu :
1)Ketahanan umum (dasar) : kemempuan olahragawan dalam melakukan kerja dengan melibatkan beberapa kelompok otot atau seluruh kelompok otot, system pusat syaraf, system neuromuskuler, dan kardiorespirasi dal;am jangka waktu yang alma.
2)Ketahanan khususu adalah krtahanan yang hanya amelibatkan sekelompok otot local artinaya ketahanan yang diperlukan sesuai denagn kebutuhan cabornya.
Menurut lama kerjanya dibedakan menjadi 5 yaitu :
1)Ketahanan jangka panjang ; ketahanan yang diperlukan selama aktivitas kerja dalam waktu lebih dari 8 menit.
2)Ketahanan jangka menengah : aktivitas olahraga yang memerlukan waktu antara 2-6 menit.
3)Ketahanan pendek : aktivitas olahraga yang memerlukan waktu antara 45 detik sampai 2 menit.
4)Ketahanan otot : kemampuan sekelompok otot atau seluruh otot untuk mengatasi beban latihan dalam jangka waktu tertentu.
5)Ketehanan kecepatan / stamina : kemampuan seseorang untuk melakukan rangkaian gerak denagn intensitas maksimal dalam jangka waktu yang lebih lama.
Berdasarkan penggunaan energi dibedakan menjadi :
1)Ketahanan aerobic : kemempuan seseorang untuk mengatasi beban latiahn dalam jangka waktu lebih dari 3 menit secara terus menerus.
2)Ketahanan aerobic laktik : kemampuan seseorang untuk mengatasi beban latihan dengan intensitas maksimal dalam jangka waktu antara 10-120 detik.
3)Ketahanan anaerobic alaktik : kemampuan seseorang untuk mengatasi beban dengan intensitas maksimal dalam jangka waktu kurang dari 10 detik.
Faktor yang mempengaruhi ketahanan :
1)System pusat syaraf
2)Kemauan (motivasi) olahragawan
3)Kapasitas aerobic
4)Kapasitas anaeribik
5)Kecepatan cadangan
6)Intensitas, frekuensi, dan durasi
7)Factor keturunan
Umur dan jenis kelamin
Metode latihan ketahanan :
§Latihan Aerobik
Latihan aerobik bertujuan untuk mempersiapkan sistem sirkulasi dan respirasi, penguatan pada tendo dan ligamenta, mengurangi terjadinya cideras, serta penyediaan sumber energi untuk aktivitas dengan intensitas yang tinggi dan berlangsung lama. Selain itu akan mengembangkan stamina (daya tahan) dan sistem energi untuk serabut otot merah (slow-twitch/lambat).
§Latihan Ambang Rangsang Anaerobik
Ambang rangsang anaerobik adalah satu keadaan dimana energi secara aerobik sudah tidak mampu lagi mensuplai kebutuhan energi, tetapi pemenuhannya secara anaerobik. Artinya, titik perpindahan penggunaan energi dari aerobik ke anaerobik, yang ditandai dengan menghasiklakan asam laktat dalam jumlah yang banyak pada aktivitasnya.
Dari beberapa macam metode latihan untik meninhkatkan ketahanan baik yang aerobik maupun yang anaerobik, dal;am memilih metodo yang cocok disesuaikan dengan sasaran latihan, aktivitas cabang olahraga, macam gerak, dam lamanya waktu pertandingan.
Berdasarkan beberapa metode latihan ketahanan dan prediksi peningkatan sistem energinya, maka menurut Rushall dean Pyke (1992) dapat dikelompokkan menjadi :
1)Metode Latihan Kontinyu (continous running).
a.Latihan kontinyu dengan intensitas rendah (jogging)
b.Latihan kontinyu dengan intensitas tinggi
2)Fartlek (metode memainkan kecepatan)
a.Fartlek intensitas tinggi
b.Fartlek intensitas rendah
3)Interval
a.Interval panjang
b.Interval menengah
c.Interval pendek
Selain itu Bompa (1994) menambahkan metode latihan untuk meninhkatkan sistem energi yang dikelompokkan menjadi :
1.Latihan untuk toleransi asam laktat
2.latihan untuk konsumsi oksigen
3.latihan untuk ambang rangsang anaerobik
4.latihan untuk sistem phospat
5.latihan untuk ambang rangsang aerobik


A.Metode Latihan Kontinyu
Metode latihan kontinyu denganmenggunakan bentuk berlari, berenang, ataubersepeda dan menempuh jarak yang panjang (jauh). Misalnya berlari caranya adalah lari terus-menerus yang pelaksanaannya sewbagai berikut :
1)Olaragawan berlari selama, misalnya 30 menit secara terus-menerus.
2)Setiap 5 menit berlari berhenti 10 detik untuk mengecek denyut jantung.
3)Pelatih memberi aba-aba mulai dan stop untuk penghitungan denyut jantung.
4)Olahragawan menghitung denagn cara meraba pembuluh darah yang di leher.
5)Lama penghitungan 6 detik dikalikan 10. Bila hasilnya kurang dari 140x/menit kecepatan ditambah, dan sebaliknya bila lebih dari 160x/menit diperlambat.
6)Pelatih dan olahragawan selalu membawa alat tulis untuk mencatat hasil latihan.
7)Pengecekan dilakukan untuk mengetahui apakah latihan sudah masuk dalam zona latihan yang ditentukan atau belum.
Sebelum melakukan latihan harus dikrtahui lebih dulu denyut jantung latihannya.
Tabel : Perkiraan Menghitung Denyut Jantung Maksimal
RumusDenyut JantungKeterangan
220-usia> 60 x/menitTidak terlatih
210-usia51-59 x/menitTerlatih
200-usiaSangat terlatih
Selanjutnya cara menentukan intensitas latihan menggunakan ukuran denyut jantung atau dengan mengfhitung denyut jantung latihan menggunakan rumus sebagai berikut :
DJ. Latihan = DJ. Istirahat +…%(DJ. Maksimal-DJ> Istirahat
Keterangan :
DJ. Istirahat= denyut jantung istirahat (diukur saat bangun tidur).
…%= ukuran besarnya intansitas latihan yang dikehendaki.
DJ. Maksimal = denyut jantung maksimal (disesuaikan dengan DJ istirahat individu).
Pentingnyan kondisi fisik :

§Sebagai fondasi untuk belajar teknik, taktik, strategi, dan mental
§Menegah cidera/mengurangi resiko cidera
§Manpu berlatih relatif berat
§Mempertahankan postur
§Meningkatkan percaya diri.



Pengertian kondisi fisik dalam olahraga :
§Adalah kemampuan untuk memenuhi tuntutan prestasi optimal suatu olahraga
§Tinggi rendahnya tuntutabn tersebut tergantung pada spesifikasi cabang olahraga
§Semakin intensif dan gerakan kompleks lebih menuntut komponen fisik lebih kompleks
§Kondisi fisik bersifat labil/tidak permanen
§Latihan fisik lebih optimal jika di desain khusus melalui pentahapan yang sistematis.


daftar pustaka:
Awan H. (2006). Metode Melatih Fisik Pencak Silat.  Yogyakarta: FIK UNY
Suharno H.P. (1985). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta
Sukadiyanto. (2005). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: FIK UNY.

Kamis, 11 November 2010

Pembinaan Kondisi Fisik Olahraga 1 (Sebuah Rangkuman)


Pada prinsipnya kondisi fisik merupakan suatu hal yang penting untuk olahraga prestasi karena kondisi fisik sangat menentukan kualitas dan kemampuan anak latih untuk mencapai tuntutan prestasi yang optimal suatu olahraga. Pentingnya kondisi fisik sebagai fondasi terwujudnya prestasi yang maksimal, maka dalam pencapainnya dibutuhkan kerjasama antara pelatih yang berpengalaman dan berpengetahuan dengan ilmuwan olahraga yang benar-benar menekuni di bidang olahraga. Sebab dalam proses berlatih melatih kondisi fisik diperlukan berbagai pengetahuan pendukung agar latihan kondisi fisik dapat berhasil sesuai yang diharapkan.

Pengertian kondisi fisik dalam olahraga yaitu suatu kualitas fisik, kualitas psikis, dan kemampuan fungsional peralatan tubuh individu dalam memenuhi tuntutan prestasi yang optimal pada spesifikasi cabang olahraga tertentu. Latihan kondisi fisik didisain khusus melalui pentahapan yang sistematis dan metodis untuk pengembangan kondisi fisik lebih optimal. Kondisi fisik menjadi hal yang penting bagi anak latih sebab kondisi fisik sebagai fondasi untuk belajar teknik, taktik, strategi, dan mental. Drilling teknik dan taktik yang intensif dengan gerakan yang komplek adalah satu cara meningkatkan komponen fisik yang komplek pula. Manfaat latihan fisik yang baik akan meraih prestasi yang lebih baik, tidak mudah cidera dan cepat pulih bila cidera, mencegah kelelahan mental dan memperbaiki konsentrasi, mudah pulih setelah latihan berat dan kompetisi berat, tidak lelah sekalipun dalam pertandingan lama, jarang nyeri otot dan meningkatkan rasa percaya diri.

Pengertian latihan ini dapat mengandung beberapa makna dalam bahasa inggris yaitu practise, exrcise, dan training. Dalam istlah bahasa Indonesia kata-kata tersebut mempunyai arti yang sama yaitu latihan dan setelah diaplikasikan di lapangan memang nampak sama kegiatannya yaitu aktivitas fisik. Pengertian latihan yang berasal dari kata:
Practise : aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya.
Exercises : perangkat utama dalam proses latihan harian untuk meningkatkan kualitas fungsi sistem organ tubuh manusia, sehingga mempermudah olahragawan dalam penyempurnaan geraknya.
Training : suatu proses penyempurnaan kemampuan berolahraga yang berisikan materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan pendekatan ilmiah, memakai prinsip pendidikan yang terencana dan teratur sehingga tujuan dan sasaran latihan dapat tercapai tepat pada waktunya.
Latihanproses berlatih yang dilakukan secara teratur, terencana berulang-ulang dan semakin lama semakin bertambah bebannya, serta dimulai dari yang sederahana ke yang lebih kompleks (sistematis dan metodis).

Salah satu ciri dari latihan, baik yang berasal dari kata dalam bahasa Inggris maupun dari bahasa Indonesia, adalah adanya beban latihan. Oleh karena diperlukannya beban latihan selama proses berlatih melatih agar hasil latihan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap, dan sosial olahragawan, sehingga puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu yang singkat dan dapat bertahan relatif lebih lama. Sasaran utama dari latihan fisik adalah utuk meningkatkan kualitas kebugaran energi (energy fitness) dan kebugaran otot ( muscular fitness). Kebugaran energi meliputi peningkatan kemampuam aerobik dan anaerobik baik yang alaktik maupun laktik. Untuk kebugaran otot meliputi peningkatan kemampuan biomotor yang antara lain mencakup: kekuatan, ketahanan, kecepatan, power, kelentukan, keseimbangan, koordinasi, dan kelincahan. Beban latihan merupakan rangsang motorik (gerak) yang dapat diatur dan dikontrol oleh pelatih maupun olahragawan untuk memperbaiki kualitas fungsional berbagai peralatan tubuh.

Tugas utama dalam latihan adalah menggali, menyusun dan mengembangkan konsep berlatih dengan memadukan antara pengalaman praktis dan pendekatan keilmuan, sehingga proses berlatih melatih dapat berlangsung tepat, cepat, efektif, dan efisien. Sehingga proses latihan tersebut selalu bercirikan antara lain:
a.Proses latihan harus teratur dan bersifat progresif.
b.Materi latihan harus berisikan materi teoti dan praktek.
c.Pada setiap kali tatap muka harus memiliki tujuan dan sasaran.
d.Menggunakan metode tertentu.
e.Mencapai tingkat kemampuan yang lebih baik dalam berolahraga, yang memerlukan waktu tertentu (pentahapan), serta memerlukan perencanaan yang tepat dan cermat.

Adapun sasaran dan tujuan latihan secara garis besar, antara lain untuk:
(a) meninngkatkan kualitas fisik dasar secara umum dan menyeluruh,
(b) mengembangkan dan meningkatkan potensi fisik yang khusus,
(c) menambah dan menyempurnakan teknik, dan
(e) meningkatkan kualitas dan kemampuan psikis olahragawan dalam bertanding.

Prinsip latihan merupakan hal-hal yang harus ditaati, dilakukan atau dihindari agar tujuan latihan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Prinsip-prinsip latihan memiliki peranan penting terhadap aspek fisiologis dan psikologis olahragawan. Dengan memahami prinsip-prinsip latihan, akan mendukung upaya dalam meningkatan kualitas latihan. Selain itu, akan dapat menghindarkan olahragawan dari rasa sakit dan timbulnya cidera selam dalm proses latihan. Dalam mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip latihan ini harus hati-hati, serta memerlukan ketelitian, ketepatan dalam penyusunan dan pelaksanaan program. Pada dasarnya latihan olahraga adalah merusak, tetapi proses perusakan yang dilakukan agar berubah menjadi lebih baik, tetapi dengan syarat pelaksanaan latihan harus mengacu dan berpedoman pada prinsip-prinsip latihan. Beberapa prinsip-prinsip latihan yang seluruhnya dapat dilaksanakan sebagai pedoman agar tujuan latihan tercapai dalam satu kalitatap muka, antara lain: prinsip kesiapan, individual, adaptasi, beban lebih, progresif, spesifik, variasi, pemanasan dan pendinginan, latihan jangka panjang, prinsip berkebalikan, tidak berlebihan, dan sistematik.

Pada tujuan latihan, prinsip kesiapan harus sesuai dengan materi, dosis latihan dan usia olahragawan. Pada prinsip individual, setiap olahragawan akan berbeda dalam merespon beban latihan sehingga beban latihan setiap orang tidak dapat disamakan. Faktor yang menyebabkan perbedaan kemampuan anak dalam merespon beban latihan antara lain faktor keturunan, kematangan, gizi, waktu istirahat dan tidur, kebugaran, lingkungan, sakit cidera, dan motivasi. Pada prinsip adaptasi, organ tubuh manusia cinderung selalu mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungannya. Sehingga kemampuan manusia dapat dipengaruhi dan ditingkatkan melalui latihan. Latihan menyebabkan terjadinya proses adaptasi pada organ tubuh. Tingkat kecepatan tubuh olahragawan mengadaptasi setiap beban latihan tergantung dari usia, usia latihan, kualitas kebugaran otot, kebugaran energi, dan kualitas latihannya. Ciri-ciri terjadinya proses adaptasi pada tubuh akibat dari latihan, yaitu:
(1) kemampuan fisiologis ditandai dengan membaiknya sistem pernafasan, fungsi jantung, paru, sirkulasi darah, dan volume darah,
(2) meningkatnya kemampuan fisik yaitu ketahan otot, kekuatan dan power,
(3) tulang ligamenta, tendo, dan hubungan jaringan otot menjadi lebih kuat. Pada prinsip beban lebih (overload) dilakukan secara progresif dan diubah sesuai dengan tingkat perubahan yang terjadi pada olahragawan. Pada prinsip beban lebih, latihan harus mencapai atau melampui sedikit di atas ambang rangsang, sehingga beban latihan harus memenuhi prinsip moderat dan meningkat secara progresif. Dengan memperhatikan tiga faktor yaitu frekuensi, intensitas, dan durasi. Pada prinsip progresif, hampir sama dengan prinsip beban lebih, dilaksanakan secara bertahap maju dan berkalanjutan. Dalam menerapkannya dilakukan bertahap, cermat, konyinyu, tepat. Pada prinsip selanjutnya setiap bentuk latihan harus sesuai dengan kebutuhan cabang olahraganya, program latihan harus disusun dengan variatif untuk menghindari kejenuhan, kengganan dan keresahan yang merupakan kelelahan secara psikologis.

Komponen latihan merupakan hak penting yang harus dipertimbangkan dalam menentukan dosis dan beban latihan, sebab sebagai patokan dan tolak ukur yang sangat menentukan untuk tercapainya suatu tujuan dan sasaran latihan yang telah disusun dan dilaksanakan. Superkompensasi adalah perubahan kualitas fungsional peralatan tubuh kearah yang lebih baik, sebagai akibat dari pengaruh perlakuan beban luar yang tepat. Komponen latihan yang menentukan proses terjadinya superkompensasi, antara lain : (a) intensitas, (b) volume, (c) recovery, (d) interval, (e) repetisi, (f) set, (g) seri atau sirkuit, (h) durasi, (i) densitas, (j) irama, (k) frekuensi, dan (l) sesi atau unit.

Pada dasarnya ada 2 macam system metabolisme energi yang diperlukan dalam aktivitas gerak manusia: System energi anaerob: System anaerob selama proses pemenuhan energinya tidak memerlukan bantuan oksigen (O2), namun menggunakan energi yang telah tersimpan di dalam otot, yaiti ATP dan PC. Pada sistem energi anaerob dibagi menjadi 2 yaitu :
a)Anaerobic alaktik : system ATP – PC menyediakan energi siap pakai yang diperlukan untuk permulaan aktivitas fisik dengan intensitas tinggi.
b)Anaerobic laktik : sistem glikolisis (Asam laktat). Untuk aktivitas terus berlangsung, sedangkan persediaan energi dari system anaerobic alaktik sudah habis tidak mencukupi lagi, maka energi akan disediakan dengan cara mengurangi glikogen otot dan glukosa darah melalui jalur glikolisis anaerob (tanpa bantuan oksigen).Ciri-ciri system energi anaerobic alaktik ; (a) Intensitas kerja maksimal, (b) Lama kerja kira-kira sampai 10 detik, (c) Irama kerja eksplosif, (d) Aktifitas menghasilkan ADP + energi. Ciri-ciri energi anaerobic laktik: (a) Intensitas kerja maksimal, (b) Lama kerja antara10-20 detik, (c) Irama kerja eksplosif, (d) Aktifitas menghasilkan asam laktat + energi. System energi aerobic : Menyangkut serentetan reaksi kimia yang memerlukan adanya oksigen (O2). System ini digunakan untuk aktivitas dengan intesitas rendah yang dilakukan dalam waktu lebih dari 2 menit, maka laktat yang sudah tidak biasa diresintesis lagi menjadi sumber energi. Untuk itu diperlukan O2 untuk membarui proses resintesis asam laktat menjadi sumber energi kembali. Ciri-ciri system aerobic : (a) Intensitas kerja sedang, (b) Lama kerja lebih dari 3 menit, (c) Irama garek (kerja) lancar dan terus menerus (kontinu), (d) Selama aktivitas menghasilkan karbondioksida + air (CO2 + H2O).

Penyusunan program latihan adalah proses merencanakan dan menyusun materi, beban, sasaran, dan metode latihan pada setiap proses tahapan yang akan dilakukan oleh setiap olahragawan. Dalam penyusunan program latihan perlu memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai faktor, meliputi : mengetahui biodata atlet, langkah-langkah penyusunan program, dan karakteristik cabang olahraga. Obyek latihan adalah manusia yang merupakan satu totalitas sistem psiko-fisik yang kompleks, dan kondisinya bersifat labil dan sementara. Artinya, kondisi manusia selalau berubah sehingga dalam proses ke arah yang lebih baik, diantaranya untuk meningkatkan kualitas fisik, fungsional peralatan tubuh, dan kualitas psikis. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan program latihan ada tiga yaitu (a) biodata olahragawan meliputi: (1) klasifikasi atlet (pemula, menengah, tinmggi atau terlatih atau tidak), (2) usia latihan (lama latihan), (3) usia kronologis (tanggal lahir), (4) tinggi dan berat badan, (5) denyut jantung istirahat, (6) frekuemsi latihan yang akan dilaksanakan, (7) waktu pelaksanaan pertandingan, (8) kondisi kesehatan (pernah sakit atau belum, jenis penyaskit dan lama sakit). (b) langkah-langklah penyusunan program latihan meliputi : (1) Waktu Pelaksanaan Pertandingan (mengetahui waktu dan jumlah pertandingan, menghitung jumlah bulan, minggu, hari, danm jam yang tersedia untuk latihan), (2) Diagnosis Kemampuan Awal (keterampilan teknik, komponen biomotor yang diperluikan cabang olahraganya, antrophometri, dan kondisi psikologis atlet), (3) Penyusunan Program Latihan (meningkatkan kualitas keterampilan, kebugaran otot, dan kebugaran energi atlet. Program latihan yang baik seharusnya berisikan materi teori, materi prakte, metode, sasaran latihan yang dirinci pada setiap tahap periodisasi), (4) Penentuan Sasaran Latihan (meningkatkan kualitas keterampilan, kebugaran fisik, dan kebugaran energi atlet. Dalam mengatur pembebanan ada 4 komponen yang ikut menentukan keberhasilan proses pembebanan, yaitu : intensitas, volum, recovery, dan interval), (5) Tujuan Mengacu Pada Periodisasi Latihan (meningkatkan kebugaran energi dan kebugaran otot), (6) Pelaksanaan dan Pemantauan Program (agar proses latihan sesuai dengan sasaran pada waktu periode tertentu, dan juga untuk mengetahui apakah metode yang dilakukan sudah cocok dengan tujuan), (7) Umpan Balik (bila terjadi kesalahan pada materi latihan, maka umpan balik dapat diberikan secara langsung, dimaksudkan agar atlet segera mengetahui letak kesalahan dan membenahi untuk dapat melakukan ke arah yang benar), (8) Penyusunan Kembali Program Latihan (apabila dalam proses pemantauan benar-benar terjadi penyimpangan yang diperkirakan dapat mengakibatkan tujuan latihan tidak tercapai, maka dengan segera diadakan peninjauan kembali terhadap program dan proses latihan yang telah berjalan). (c) peninjauan karakteristik cabang olahraga meliputi : (1) Predominan Sistem Energi (dengan mengetahui predomonan sistem energi yang digunakan pada satu cabang olahraga, dapat sebagai dasar pertimbangan dalam memilih dan menentukan metode untuk peningkatannya), (2) Predominan Komponen Biomotor (terjadinya gerak pada manusia yang dipengaruhi oleh sistem lain yang ada dalam dirinya diantarannya adalah energi, otot, tulang, dan sistem kardiorespirasi), (3) Jenis Otot (otot yang dimiliki manusia dikelompokkan menjadi dua macam yaitu : (a) otot merah karena mengandung hemoglobin, sehingga jenis otot merah sesuai cabang olahraga yang memerlukan daya tahan aerobik, (b) otot putih lebih tepat untuk jenis olahraga yang memerlukan kecepatan), (4) Otot dan Ekstrimitas yang Bekerja, (5) Lama Pertandingan (lama waktu berlangsungnya pertandingan dan densitas untuk setiap cabang olahraga kaitannyan dengan waktu recovery dan interval yang digunakan selama bertanding), (6) Jenis Olahraga (jenis pertandingan olahraga dibedakan menjadi body contact dan non body contact serta individu dan beregu), (7) Macam dan Irama Gerak (gerak dibedakan menjadi gerak siklus dan non siklus. Gerak siklus adalah gerak yang dilakukan secara terus menerus, sedangkan gerak non siklus adalah gerak yang dilakukan secara terputus-putus), (8) Jenis Lapangan, (9) Teknik dan Taktik (teknik adalah suatu gerak yang dilakukan secara tepat berdasarkan kemampuan lokomotor, kondisi mekanik dan peraturan permainan. Taktik adalah kemampuan atlet mengatasi segala situasi dan pernasalahan yang terjadi di lapangan untuk mendapat keuntungan)

Biomotor adalah kemampuan gerak manusia yang dipengaruhi oleh kondisi system organ dalam. Sistem organ dalam yang dimaksud yaitu sistem neuromuskular, pernafasn, peredaran darah, sistem energi, tulang dan persendian. Komponen biomotor dipengaruhi oleh kondisi 2 hal :
a)Kebugaran energi (energy fitness)
b)Kebugaran otot (muscular fitness)
Kebugaran energi terdiri atas kapasitas aerobic dan kapasitas anaerobic. Kebugaran otot adalah keseluruha dari komponen-komponen biomotor yang meliputi kekuatan, ketahanan, kecepatan, power, fleksibelitas, keseinbangan dan kelincahan. Kebugaran jasmani adalah suatu peralatan tubuh yang mampu memelihara tersedianya energi sebelum, selama, dan sesudah kerja.

Disunting dari pengantar teori dan metodologi melatih fisik oleh Prof. Dr. Sukadiyanto, M.Pd

Rabu, 13 Oktober 2010

Numinous/Numen

Angga Wahyu Triyono adalah anak laki-laki yang dilahirkan dengan pengorbanan dari seorang ibu agar anaknya menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri khususnya, bertempat di sebuah desa yang bernama desa Sugihwaras yaitu perbatasan antara Kabupaten Kediri dan Kabupaten Nganjuk. Aang (nama panggilan Angga) merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Yang saat ini sedang menikmati keleluasaan akan hidup di Yogyakarta sebagai pemandu olahraga pada spesialisasi pencak silat olahraga. Aktif menulis, tapi belum pernah dimuat dimedia manapun sehingga dituangkan dalam bentuk tulisan diblogg ini. Dulu pernah ikut aktif diberbagai UKM, tetapi akibat pernah “gagal membakar” UKM, saat ini hanya memberikan latihan untuk keperluan menjadi atlet dalam olahraga prestasi khususnya pencak silat olahraga, dan dapat dihubungi lewat emailnya : angwahyutr2[at]gmail.com.


   Sekolah yang telah memberikan ijazah untuk Aang :

1991 mendapat ijazah dari TK Bayangkari Nganjuk
1997 mendapat ijazah dari SD N Mangundikaran 1 Nganjuk
2001 mendapat ijazah dari SMP N 1 Nganjuk
2004 mendapat ijazah dari SMA N 2 Nganjuk
2005 D1 – Gagal mendapat ijazah
2012 S1 – Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY (telah membuat karya tulis yang sedianya dapat dinikmati para pemandu olahraga yang akhirnya menjadikannya mendapatkan ijazah S1).
201... S2 –
201... S3 – 
 
You Will Find Your Purpose Where You Find Your Happiness . . .

Turun – Tempel dan Unduh berkas terlampir boleh dilakukan sesuai dengan tata cara yang berlaku umum pada setiap pengutipan.

Bersyukurlah kepada Allah SWT bila yang anda cari ternyata ada di sini.

Ucapan dan tindakan dalam berbagai bentuk seperti tolong, maaf, terima kasih dan bila anda memberi sumbangan, saran dan kritikan berupa apapun, kami terima sepenuh hati...

Sabtu, 01 Mei 2010

Bisakah Akal MenemukanTuhan?


Dalam sejarah pemikiran Islam, tersebut sebuah kisah. Sekelompok jamaah yang tengah mendalami tasawuf terlibat pertengkaran dengan jamaah lain yang serius mengkaji filsafat. Mereka bertengkar tentang siapakah di antara keduanya yang paling benar pemahamannya tentang Tuhan. Pendukung tasawuf memandang kalangan filosof adalah orang yang hanya senang beradu argumentasi rasional tentang agama dan tentang Tuhan, tetapi justru tersesat karena kepintarannya. Tuhan berada di luar jangkauan nalar manusia, sehingga apa pun yang diputuskan oleh nalar tentang Tuhan hanyalah sebuah perkiraan teoritis dan sebuah konseptualisasi. Oleh karena itu, kata pendukung tasawuf, pemahaman dan pengenalan kepada Tuhan mestinya dengan rasa (dzauq) dan mata hati (bashirah), bukan dengan penalaran. Pendeknya, para filosof adalah orang-orang yang perlu dikasihani; mereka berputar-putar menghabiskan waktu untuk berdiskusi mencari Tuhan, padahal Tuhan itu dekat sekali, bahkan lebih dekat daripada urat nadi kita, asalkan kita mau mendekati dengan hati (qolbu). Mengapa kita tidak mau memasuki wilayah hati yang merupakan jalan pintas untuk menemukan Tuhan yang memiliki singasana dalam qolbu setiap orang beriman?

Merasa tersinggung karena dianggap sesat jalan, maka para jamaah pendukung filsafat marah. Mereka menganggap bahwa justru kaum sufi yang salah dalam memilih jalan untuk mengenal Tuhan. Anugerah Tuhan yang paling besar adalah akal pikiran yang dengannya manusia disuruh membaca ayat-ayat kebesaran Tuhan sehingga mengantarkan manusia untuk memperoleh keyakinan yang kuat tentang keberadaan-Nya. Untuk apa manusia dianugerahi akal pikiran dan indra kalau bukan untuk membaca ayat-ayat-Nya yang bertebaran di seantero jagat raya ini? Bahkan juga dalam dirimu sendiri? dalam pandangan filosof, mengenal Tuhan dengan rasa sebagaimana yang ditempuh kaum sufi lebih bersifat psikologis dan tidak mendatangkan jalan yang terang benderang menuju Tuhan. Ketika seseorang dihadapkan pada kitab suci, hal pertama yang harus dilakukan adalah membaca, memikirkan, mendialogkan, dan menyimpulkan, bukannya merasakan. Bukankah makna Al-Quran sendiri adalah himpunan ayat Tuhan untuk dibaca, dipahami, dan direnungkan maknanya?

Demikianlah, perdebatan antara kedua kubu itu berakhir dengan pertengkaran, masing-masing pihak mengklaim dirinya paling benar dan paling dekat kapada Tuhan. Untuk mencari solusi agar tidak perpecahan di kalangan umat, kedua pihak sepakat untuk menghadirkan sang guru dari kalangan sufi dan filosof. Keduanya didaulat untuk melakukan debat terbuka, disaksikan oleh semua jamaah, agar umat bisa melihat sendiri siapakah di antara keduanya yang benar dan menang dalam debat terbuka itu, dan kemudian akan dijadikan panutan atau imam.

Tiba hari yang ditentukan, maka masyarakat datang berbondong-bondong layaknya pendukung pertandingan sepak bola yang fanatik. Di sebuah lapangan terbuka sudah tersedia panggung dengan dua kursi, sebuah untuk sang guru sufi, satunya lagi untuk sang guru filsafat. Persis pada jam yang telah disepakati, kedua guru naik panggung, berjabatan tangan dan memberi salam, lalu perdebatan dimulai. Tidak sampai lima menit berdialog, kedua guru itu berdiri dan menyatakan debat telah selesai. Para pengunjung penasaran siapakah yang menang diantara kedua guru itu, dan mendesak agar kesimpulan disampaikan secara terbuka sehingga umat bersatu, sehingga tidak lagi bertengkar karena akan mengganggu keyakinan dan ketenteraman hidup beragama. Maka, guru sufi berdiri dan berkata, ”Ternyata apa yang dipikirkan oleh teman saya sang filosof tentang Tuhannya sama dengan apa yang saya rasakan sebagai seorang penganut ajaran sufi.”

Hanya itu kalimat yang keluar, lalu sang sufi itu duduk, gantian sang filosof berdiri dan berkata, ”Saya bisa bertemu teman saya sang sufi, dan ternyata apa yang dia rasakan dan dia cari tentang Tuhannya adalah sama dengan apa yang saya pikirkan sebagai penganut ajaran filsafat. Kami berdua memiliki kesamaan tujuan, yaitu sama-sama mendekati Kebenaran, tetapi dengan cara yang berbeda, yang satu lebih menghargai akal dan yang satu lebih senang dengan qolbu. Namun keduanya adalah anugerah dari Tuhan yang sama.”

Demikianlah, perdebatan usai, lalu keduanya berpelukan, diikuti oleh para pengunjung yang datang. Mereka yang memilih jalan tasawuf dan yang memilih jalan filsafat bisa saling memahami dan menerima perbedaan masing-masing, tetapi berbeda berarti tidak harus bermusuhan. Perbedaan sebaiknya dilihat dari sisi positifnya saja, karena adanya perbedaan cara pandang dan argumentasi maka sebuah kebenaran lalu teruji sehingga terjadi proses pelurusan dan penjernihan sebuah konsep andaikan disana terjadi penyimpangan dan kepalsuan. Namun, pemahaman dan pengalaman tentang kebenaran tidak selalu monolitik dan finalistik bagi manusia. Terlebih lagi kebenaran tentang sabda Tuhan. Bukankah ilmu Tuhan meliputi segala-galanya, sedangkan manusia hanyalah sebagian kecil dari realitas ciptaan Tuhan?

Ditulis oleh Komaruddin Hidayat
Guru besar filsafat di Universitas Negeri
Syarif Hidyattullah, Jakarta.

Rasulullah bersabda, manusia yang terbaik di dunia dan akhirat adalah orang yang paling sempurna akalnya, walaupun dia bukan yang paling sempurna ibadahnya. Seseorang sungguh telah tergolong ahli puasa, ahli shalat, ahli haji dan ahli jihad, tetapi pada hari kiamat tidaklah akan diberi balasan dengan sebaik-baiknya, terkecuali sesuai dengan kadar kemampuan akalnya.

Al-A’raf, 7 : 179, ”Dan sesungguhya Kami jadikan untuk (isi) neraka Jahannam kebanyakan dari Jin dan Manusia, Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka laksana binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Adalah sesuatu hal yang benar jika berdasar pada akal dan hati nurani kita. Sebab kalau tidak, cara apa yang akan digunakan untuk membedakan manusia dengan hewan dimana alat inderawi mempunyai peranan yang sangat besar sekali pada dirinya dibandingkan dengan hewan, dan akal sebagai alat penunjuk ke jalan yang lurus dan benar. Dan hati sebagai kemudi untuk mengetahui semua perbuatan apa yang disaksikan oleh mata jasmani yang hendaknya ditanggapi (dengan hati) bahwa semua itu adalah Af’al (perbuatan-perbuatan) Allah SWT.

Semoga ada manfaat yang akan dapat kita ambil hikmahnya dari cerita ini, semoga?
Adalah kita sebagai insan cendikia harus menyeimbangkan ilmu dunia dan ilmu akhirat, pemahaman kita akan sebuah ilmu jangan kita persempit dengan apa yang kita dapatkan adalah mutlak benar tetapi haruslah obyektif dan dikaji terlebih dahulu.