Jumat, 09 September 2011

Musim Lebaran Musim Perjodohan

                Jodoh? Pasangan? Calon Suami/Istri? Kah yang dicari saat hari raya kemarin? Beberapa hari yang lalu saat berlebaran dan pulang kampung, tak jauh-jauh pertanyaan yang diajukan oleh banyak pihak dari keluarga, kerabat maupun tetangga. “Sudah kerja? Dimana? Jadi apa? Sekarang sudah punya pacar? Siapa namanya? Rumahnya mana? Kerja apa?” Dan terakhir pertanyaan yang sering dilontarkan : “Kapan Menikah?” Begitulah budaya kita, yang seringkali senang mencampuri urusan orang lain meski pertanyaan tersebut mewakili mereka untuk mengatakan “sayang” kepada kita tetapi dengan kata-kata yang berbeda. Akankah pertanyaan itu usai setelah kita memiliki suami/istri? Belum, tentu saja belum selesai, setelah itu kita diberi pertanyaan lagi : “Sudah punya anak? Berapa? Sekolah dimana?” setelah itu anak kita ditanya lagi mulai dari : “ Sudah punya pacar? Kuliah dimana?” dan selanjutnya berputar kepada pertanyaan kita diawal tadi begitu seterusnya tanpa berkesudahan dan kembali lagi tiada henti. Kemungkinan bila kita-kita ini yang meninggal terlebih dulu (Insya Allah dalam keadaan Khusnul Khotimah. Aamiin), maka pertanyaannya akan dilanjutkan oleh anak cucu kita dan seterusnya. Hal ini merupakan siklus yang berantai tak ada kata putusnya. Kemungkinan masih banyak pertanyaan yang akan diajukan meski formatnya sama tetapi pada keluarga kita yang berbeda. Hal itu merupakan kehendak nafsu dari manusia untuk ingin mengetahui kabar dari manusia lain, hal itu wajar-wajar saja bila satu-dua pertanyaan dan tidak memberondong dengan pertanyaan yang menyangkut privasi diri kita. Memang manusia tiada puas untuk mencari sensasi berita dari orang lain, dipicu juga dengan infotainment yang ditayangkan oleh televisi semakin tidak jelas membedakan mana fakta mana ilusi. Manusia yang merasa harus tahu keadaan orang lain ini dapat menularkan kepada manusia-manusia lainnya sehingga terbentuklah efek domino yang entah berhenti dimana dan kapan kita tidak tahu.

Banyak teman-teman yang sering berkeluh dan berkata kadang tidak merasa nyaman dengan keadaan seperti itu, tetapi inilah budaya kita saat lebaran. Di waktu lebaran keluarga dan kerabat jauh pun pasti akan berusaha untuk berkumpul (satu trah) sehingga dalam kesempatan ini digunakan untuk lebih banyak mengetahui keadaan keluarga yang lain yang berbeda kota ataupun pulau. Konyol juga, padahal saat ini teknologi komunikasi sudah sebegitunya maju, dan kemungkinan untuk bisa menanyakan kabar lewat alat-alat komunikasi tersebut cukup terbuka. Itulah uniknya saat berkumpul dengan keluarga besar di musim lebaran ini. Banyak hal yang akan diperoleh sebenarnya pada saat lebaran ini. Tentu saja jodoh menjadi bagian yang sangat berpengaruh dan penting. Hal ini mengingat bahwa silaturahmi mendatangkan rezeki (termasuh jodoh lho?meski berbeda (^_^)hehe.) bagi yang mau mengunjungi saudara-saudaranya. Kok bisa? Tentu bisa, karena dengan bantuan dari “pihak-pihak yang tidak kita perhitungkan” maka dari sanalah jodoh menemukan kita atau kita menemukan jodoh. Jodoh memang sulit untuk dipastikan dengan balutan yang anggun dari lembaran kain misteri takdirnya. Seperti halnya kematian, rezeki begitu juga jodoh merupakan rahasia dari Allah SWT yang kita tidak akan pernah tahu kapan munculnya pada diri kita (kecuali beberapa orang yang diberi sedikit pengetahuan dari Allah SWT tentang hal itu). Kembali persoalan teman-teman tadi, persoalan yang dihadapi saat bertemu keluarga besar tadi sebenarnya sangat sederhana. Ada seorang teman yang menceritakan “sangking pegelnya” (sudah berada di puncak untuk marah) mengatakan : “ Kulo mboten ngertos kapan, nggih cobi tanglet ingkang dhamel kulo, menawi panjenengan dipun kabari” (Ya saya tidak tahu kapan nikahnya+ketemu jodoh saya, ya coba tanyakan pada Allah SWT yang membuat saya hidup, mungkin anda akan diberitahu). Sebagai teman cukup prihatin juga sebegitunya keingintahuan manusia terhadap rahasia yang memang disimpan oleh Allah SWT untuk hamba-hambanya. Sederhananya bila kita diberi pertanyaan perihal jodoh dan nikah sebaiknya kita tetap menjawab ala kadarnya atau malah kita menawarkan diri kita untuk diperkenalkan dengan sahabat-sahabat yang dimilikinya. Hal ini cukup penting agar terbuka pintu silaturahmi dari pihak-pihak yang tidak kita sangka-sangka. Sebab kita juga tidak tahu dari pintu silaturahmi yang mana kita bertemu dengan jodoh kita. Tentu hal ini akan membuat kita dan juga kerabat kita tadi berpikir dua kali. Tetapi biasakanlah, sebab bila kita sudah terbiasa maka kita tidak akan sakit hati karena pertanyaannya. Malah kita menjadi santai dan senang sebab ada dari keluarga dan kerabat kita yang tetap setia memperhatiakan kita.

Bagaimana dengan orang yang berstatus pacaran? Orang yang berstatus pacaran menganggap bahwa jodohnya telah ketemu sehingga berpacaran dulu untuk mengetahui seluk beluk serta lika-liku watak pasangannya. Perjodohan yang direncanakan oleh keluarganya akan disangkal bagi orang-orang yang sedang berpacaran ini. Orang yang berpacaran mengakui pasangannya sebagai “bojo” (suami/istri nya) meski belum ada ikatan yang jelas. Dan juga orang berpacaran bersikukuh bahwa untuk mengetahui pasangannya akan hal baik dan buruk sifat dan sikap dari pasangannya maka harus melalui proses dengan berpacaran terlebih dahulu. Sehingga pacaran dianggap sebagai penyelarasan ide dan prinsip bagi mereka. Akan tetapi bila pacar/pasangannya tersebut memang menjadi jodohnya (tentu hal itu memang sudah tertulis dari sananya (^_^)hehe) maka kelak kemudian hari mereka akan mengikrakan melalui pernikahannya. Tetapi bila tidak terjadi pernikahan yang diharapkan oleh keduanya, kemudian mereka putus ditengah-tengah masa berpacaran tersebut tentu dari salah satu pihak akan dirugikan entah apapun bentuknya. Maka ingat dan waspadai masa berpacaran anda-anda sekalian (bukan maksud untuk menakut-nakuti) bukanlah harga mati untuk terus bersama sebelum masuk ke jenjang pernikahan. Sebab banyak kekerasan yang daialami oleh pasangan saat berpacaran dalam berbagai bentuk, dan yang menakutkan adalah lembaga pernikahan hanya sebagai legalisasi untuk melakukan kekerasan seterusnya terhadap pasangannya. Tetapi bila anda telah dan sudah mempunyai komitmen bersama diantara kalian maka peliharalah, sebab kematian komitmen yang telah anda bangun bersama tersebut akan menyebabkan kematian (bukan secara harfiah) bagi pasangan anda. Kembali soal perjodohan tadi, memang manusia berupaya untuk mencarikan jodohnya masing-masing, seperti keluarga dan kerabat kita yang agak sedikit memaksa kita untuk menerima pasangan yang mereka carikan, meski ditolak juga tidak akan bermasalah. Anehnya, bila perjodohan itu dibiarkan agar dapat berproses dengan sendirinya dan alamiah, malahan hal itu dapat mempererat hubungnan mereka berdua hingga mencapai pada pernikahan. Entah bagaimana jalannya proses tersebut yang mengakibatkan dapat terhubungnya garis atau tali jodoh diantara mereka. Sebab jodoh bukanlah sesuatu yang harus dipaksakan, jodoh akan melalui jalan yang sesuai dengan kepribadian dan melalui proses yang kompleks dan rumit. Itulah, semua yang ada di dunia ini sebenarnya adalah proses yang tidak kita ketahui bagaimana cara dan alur berjalannya. Semuanya sudah dan telah ada untuk kita lalui entah itu kenikmatan atau musibah. Kita tidak dapat memastikan apa yang akan terjadi besok, tetapi kita juga dapat berharap yang terbaik untuk esok.

Tentang selain jodoh, pahamkah bahwa hidup kita ini “diperjalankan” oleh Allah SWT? Kita tidak pernah menyadari kalau kita kerap kali merusak tatanan yang telah ada dan telah digariskan oleh Allah SWT kepada kita, meski hal tersebut terlihat sebagai bagian dari upaya dan usaha yang kita bangun. Banyak permohonan yang kita ajukan tetapi kurangnya beramal, amal kebaikan hanya untuk meminta dihindarkan dari neraka dan agar dapat masuk di surga, puasa di siang hari malamnya makan hingga kekenyangan, shalat dalam keadaan lalai, dan masih banyak lagi hal yang tidak kita perhatikan. Apa yang harus kita lakukan bila semua sudah tertulis pada suratan takdir? Kita seharusnya paham, sadar, tahu, ingat dan waspada terhadap ritme yang telah Allah SWT gariskan untuk kita. Hidup ini terlalu singkat hanya untuk mengurusi orang lain ataupun tentang siapa jodoh kita. Yang terpenting dalam hidup ini adalah bagaimana dapat menjadi lebih dekat dengan Allah SWT sedekat-dekatnya dan yang kemudian Allah SWT meridhoi kita. Apapun yang terjadi berusahalah gerakan mulutmu, jika tidak bisa getarkan mulutmu, bila tidak mampu getarkan saja hatimu : untuk dapat selalu mengingat Allah SWT dimanapun dan kapanpun kamu berada. Pastinya jikalau dirimu dekat dengan Allah SWT, permasalahan apapun yang ada di dunia ini (termasuk jodoh dll) maka akan ada dua jalan kemudahan yang mendekatimu secara perlahan tapi pasti. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S 94 : 5-6)

Kamis, 11 Agustus 2011

Cinta Laki-laki Biasa

 Cerita ini aku dapat di sebuah blog yaitu di : http://dunia-cerpen.blogspot.com/2007/09/cinta-laki-laki-biasa.html cerita pendek yang ditulis oleh Asma Nadia itu bercerita soal Cinta dan kesetiaan, soal Cinta dan kesetaraan, Soal Cinta yang memberi banyak energi bagi pelakunya untuk melahirkan banyak keajaiban Soal Cinta.Banyak hal yang bisa ditulis bila sudah menyangkut tentang cinta, cinta memberikan energi yang selalu terbarukan tiada habis-habisnya. Nah, selamat membaca dan menyelami artian cinta suci dalam cerita ini.

 
Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama herannya.

Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.

Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi.Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.

Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!

Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap.Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.

Kamu pasti bercanda!

Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda.

Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!

Nania serius! tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang melamarnya.

Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas, Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik!

Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.

Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan? Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?

Nania terkesima.

Kenapa?

Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.

Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus!

Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur.Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau!

Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata 'kenapa' yang barusan Nania lontarkan.

Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak.

Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah.

Tapi kenapa?

Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa.

Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.

Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!

Cukup!

Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?

Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. Barangkali karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak 'luar biasa'. Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Nania menapaki hidup hingga umur duapuluh tiga. Dan nalurinya menerima Rafli. Di sampingnya Nania bahagia.

Mereka akhirnya menikah.

***

Setahun pernikahan.

Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka.

Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia.

Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.

Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.

Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.

Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu! Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar! Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!

Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.

Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.

Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak!
Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?

Rafli juga pintar!
Tidak sepintarmu, Nania.

Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan.
Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.

Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.

Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli! Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.

Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah menikah dan sebentar lagi punya anak.

Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih dari cukup untuk hidup senang. Tak apa, kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri. Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang.

Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik..

Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya? Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah.

Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!

Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania. Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.

Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak pintar dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!

Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.

Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik.
Cantik ya? dan kaya!

Tak imbang!

Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.

Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.

Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya.

Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan!

Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.

Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang.

Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.

Baru pembukaan satu.
Belum ada perubahan, Bu.
Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.

Sekarang pembukaan satu lebih sedikit. Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang tinggi.

Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.

Masih pembukaan dua, Pak!
Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.

Bang?
Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan.

Dokter?

Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.

Mungkin?
Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu?
Bagaimana jika terlambat?

Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.

Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri.

Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.

Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.

Pendarahan hebat!

Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.

Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali. Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka.

Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.

Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.

Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak sampai empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.

Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil. Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania dengan Rafli.

Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.

Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..

Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya.

Nania, bangun, Cinta?
Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.

Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil tak bosan-bosannya berbisik,

Nania, bangun, Cinta?
Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. Asalkan Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.

Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya. Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.

Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.

Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.

Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh.

Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.

Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.

Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?

Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.

Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun.

Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.

Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik.

Baik banget suaminya!
Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!

Nania beruntung!
Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.

Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!

Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.

Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi, merasa tak berani, merasa?

Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?

Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.

Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi
sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.

Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.

Seperti yg diceritakan oleh seorang sahabat..

- Asma Nadia -
Menjelang hari H, Nania masih saja sulit mengungkapkan alasan kenapa dia mau menikah dengan lelaki itu. Baru setelah menengok ke belakang, hari-hari yang dilalui, gadis cantik itu sadar, keheranan yang terjadi bukan semata miliknya, melainkan menjadi milik banyak orang; Papa dan Mama, kakak-kakak, tetangga, dan teman-teman Nania. Mereka ternyata sama herannya.

Kenapa? Tanya mereka di hari Nania mengantarkan surat undangan.

Saat itu teman-teman baik Nania sedang duduk di kantin menikmati hari-hari sidang yang baru saja berlalu. Suasana sore di kampus sepi.Berpasang-pasang mata tertuju pada gadis itu.

Tiba-tiba saja pipi Nania bersemu merah, lalu matanya berpijar bagaikan lampu neon limabelas watt. Hatinya sibuk merangkai kata-kata yg barangkali beterbangan di otak melebihi kapasitas. Mulut Nania terbuka. Semua menunggu. Tapi tak ada apapun yang keluar dari sana. Ia hanya menarik nafas, mencoba bicara dan? menyadari, dia tak punya kata-kata!

Dulu gadis berwajah indo itu mengira punya banyak jawaban, alasan detil dan spesifik, kenapa bersedia menikah dengan laki-laki itu. Tapi kejadian di kampus adalah kali kedua Nania yang pintar berbicara mendadak gagap.Yang pertama terjadi tiga bulan lalu saat Nania menyampaikan keinginan Rafli untuk melamarnya. Arisan keluarga Nania dianggap momen yang tepat karena semua berkumpul, bahkan hingga generasi ketiga, sebab kakak-kakaknya yang sudah berkeluarga membawa serta buntut mereka.

Kamu pasti bercanda!

Nania kaget. Tapi melihat senyum yang tersungging di wajah kakak tertua, disusul senyum serupa dari kakak nomor dua, tiga, dan terakhir dari Papa dan Mama membuat Nania menyimpulkan: mereka serius ketika mengira Nania bercanda.

Suasana sekonyong-konyong hening. Bahkan keponakan-keponakan Nania yang balita melongo dengan gigi-gigi mereka yang ompong. Semua menatap Nania!

Nania serius! tegasnya sambil menebak-nebak, apa lucunya jika Rafli memang melamarnya.

Tidak ada yang lucu, suara Papa tegas, Papa hanya tidak mengira Rafli berani melamar anak Papa yang paling cantik!

Nania tersenyum. Sedikit lega karena kalimat Papa barusan adalah pertanda baik. Perkiraan Nania tidak sepenuhnya benar sebab setelah itu berpasang-pasang mata kembali menghujaninya, seperti tatapan mata penuh selidik seisi ruang pengadilan pada tertuduh yang duduk layaknya pesakitan.

Tapi Nania tidak serius dengan Rafli, kan? Mama mengambil inisiatif bicara, masih seperti biasa dengan nada penuh wibawa, maksud Mama siapa saja boleh datang melamar siapapun, tapi jawabannya tidak harus iya, toh?

Nania terkesima.

Kenapa?

Sebab kamu gadis Papa yang paling cantik.

Sebab kamu paling berprestasi dibandingkan kami. Mulai dari ajang busana, sampai lomba beladiri. Kamu juga juara debat bahasa Inggris, juara baca puisi seprovinsi. Suaramu bagus!

Sebab masa depanmu cerah. Sebentar lagi kamu meraih gelar insinyur.Bakatmu yang lain pun luar biasa. Nania sayang, kamu bisa mendapatkan laki-laki manapun yang kamu mau!

Nania memandangi mereka, orang-orang yang amat dia kasihi, Papa, kakak-kakak, dan terakhir Mama. Takjub dengan rentetan panjang uraian mereka atau satu kata 'kenapa' yang barusan Nania lontarkan.

Nania Cuma mau Rafli, sahutnya pendek dengan airmata mengambang di kelopak.

Hari itu dia tahu, keluarganya bukan sekadar tidak suka, melainkan sangat tidak menyukai Rafli. Ketidaksukaan yang mencapai stadium empat. Parah.

Tapi kenapa?

Sebab Rafli cuma laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yg amat sangat biasa.

Bergantian tiga saudara tua Nania mencoba membuka matanya.

Tak ada yang bisa dilihat pada dia, Nania!

Cukup!

Nania menjadi marah. Tidak pada tempatnya ukuran-ukuran duniawi menjadi parameter kebaikan seseorang menjadi manusia. Di mana iman, di mana tawakkal hingga begitu mudah menentukan masa depan seseorang dengan melihat pencapaiannya hari ini?

Sayangnya Nania lagi-lagi gagal membuka mulut dan membela Rafli. Barangkali karena Nania memang tidak tahu bagaimana harus membelanya. Gadis itu tak punya fakta dan data konkret yang bisa membuat Rafli tampak 'luar biasa'. Nania Cuma punya idealisme berdasarkan perasaan yang telah menuntun Nania menapaki hidup hingga umur duapuluh tiga. Dan nalurinya menerima Rafli. Di sampingnya Nania bahagia.

Mereka akhirnya menikah.

***

Setahun pernikahan.

Orang-orang masih sering menanyakan hal itu, masih sering berbisik-bisik di belakang Nania, apa sebenarnya yang dia lihat dari Rafli. Jeleknya, Nania masih belum mampu juga menjelaskan kelebihan-kelebihan Rafli agar tampak di mata mereka.

Nania hanya merasakan cinta begitu besar dari Rafli, begitu besar hingga Nania bisa merasakannya hanya dari sentuhan tangan, tatapan mata, atau cara dia meladeni Nania. Hal-hal sederhana yang membuat perempuan itu sangat bahagia.

Tidak ada lelaki yang bisa mencintai sebesar cinta Rafli pada Nania.

Nada suara Nania tegas, mantap, tanpa keraguan.

Ketiga saudara Nania hanya memandang lekat, mata mereka terlihat tak percaya.

Nia, siapapun akan mudah mencintai gadis secantikmu! Kamu adik kami yang tak hanya cantik, tapi juga pintar! Betul. Kamu adik kami yang cantik, pintar, dan punya kehidupan sukses!

Nania merasa lidahnya kelu. Hatinya siap memprotes. Dan kali ini dilakukannya sungguh-sungguh. Mereka tak boleh meremehkan Rafli.

Beberapa lama keempat adik dan kakak itu beradu argumen.

Tapi Rafli juga tidak jelek, Kak!
Betul. Tapi dia juga tidak ganteng kan?

Rafli juga pintar!
Tidak sepintarmu, Nania.

Rafli juga sukses, pekerjaannya lumayan.
Hanya lumayan, Nania. Bukan sukses. Tidak sepertimu.

Seolah tak ada apapun yang bisa meyakinkan kakak-kakaknya, bahwa adik mereka beruntung mendapatkan suami seperti Rafli. Lagi-lagi percuma.

Lihat hidupmu, Nania. Lalu lihat Rafli! Kamu sukses, mapan, kamu bahkan tidak perlu lelaki untuk menghidupimu.

Teganya kakak-kakak Nania mengatakan itu semua. Padahal adik mereka sudah menikah dan sebentar lagi punya anak.

Ketika lima tahun pernikahan berlalu, ocehan itu tak juga berhenti. Padahal Nania dan Rafli sudah memiliki dua orang anak, satu lelaki dan satu perempuan. Keduanya menggemaskan. Rafli bekerja lebih rajin setelah mereka memiliki anak-anak. Padahal itu tidak perlu sebab gaji Nania lebih dari cukup untuk hidup senang. Tak apa, kata lelaki itu, ketika Nania memintanya untuk tidak terlalu memforsir diri. Gaji Nania cukup, maksud Nania jika digabungkan dengan gaji Abang.

Nania tak bermaksud menyinggung hati lelaki itu. Tapi dia tak perlu khawatir sebab suaminya yang berjiwa besar selalu bisa menangkap hanya maksud baik..

Sebaiknya Nania tabungkan saja, untuk jaga-jaga. Ya? Lalu dia mengelus pipi Nania dan mendaratkan kecupan lembut. Saat itu sesuatu seperti kejutan listrik menyentakkan otak dan membuat pikiran Nania cerah.

Inilah hidup yang diimpikan banyak orang. Bahagia!

Pertanyaan kenapa dia menikahi laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa, tak lagi mengusik perasaan Nania. Sebab ketika bahagia, alasan-alasan menjadi tidak penting.

Menginjak tahun ketujuh pernikahan, posisi Nania di kantor semakin gemilang, uang mengalir begitu mudah, rumah Nania besar, anak-anak pintar dan lucu, dan Nania memiliki suami terbaik di dunia. Hidup perempuan itu berada di puncak!

Bisik-bisik masih terdengar, setiap Nania dan Rafli melintas dan bergandengan mesra. Bisik orang-orang di kantor, bisik tetangga kanan dan kiri, bisik saudara-saudara Nania, bisik Papa dan Mama.

Sungguh beruntung suaminya. Istrinya cantik.
Cantik ya? dan kaya!

Tak imbang!

Dulu bisik-bisik itu membuatnya frustrasi. Sekarang pun masih, tapi Nania belajar untuk bersikap cuek tidak peduli. Toh dia hidup dengan perasaan bahagia yang kian membukit dari hari ke hari.

Tahun kesepuluh pernikahan, hidup Nania masih belum bergeser dari puncak. Anak-anak semakin besar. Nania mengandung yang ketiga. Selama kurun waktu itu, tak sekalipun Rafli melukai hati Nania, atau membuat Nania menangis.

Bayi yang dikandung Nania tidak juga mau keluar. Sudah lewat dua minggu dari waktunya.

Plasenta kamu sudah berbintik-bintik. Sudah tua, Nania. Harus segera dikeluarkan!

Mula-mula dokter kandungan langganan Nania memasukkan sejenis obat ke dalam rahim Nania. Obat itu akan menimbulkan kontraksi hebat hingga perempuan itu merasakan sakit yang teramat sangat. Jika semuanya normal, hanya dalam hitungan jam, mereka akan segera melihat si kecil.

Rafli tidak beranjak dari sisi tempat tidur Nania di rumah sakit. Hanya waktu-waktu shalat lelaki itu meninggalkannya sebentar ke kamar mandi, dan menunaikan shalat di sisi tempat tidur. Sementara kakak-kakak serta orangtua Nania belum satu pun yang datang.

Anehnya, meski obat kedua sudah dimasukkan, delapan jam setelah obat pertama, Nania tak menunjukkan tanda-tanda akan melahirkan. Rasa sakit dan melilit sudah dirasakan Nania per lima menit, lalu tiga menit. Tapi pembukaan berjalan lambat sekali.

Baru pembukaan satu.
Belum ada perubahan, Bu.
Sudah bertambah sedikit, kata seorang suster empat jam kemudian menyemaikan harapan.

Sekarang pembukaan satu lebih sedikit. Nania dan Rafli berpandangan. Mereka sepakat suster terakhir yang memeriksa memiliki sense of humor yang tinggi.

Tigapuluh jam berlalu. Nania baru pembukaan dua. Ketika pembukaan pecah, didahului keluarnya darah, mereka terlonjak bahagia sebab dulu-dulu kelahiran akan mengikuti setelah ketuban pecah. Perkiraan mereka meleset.

Masih pembukaan dua, Pak!
Rafli tercengang. Cemas. Nania tak bisa menghibur karena rasa sakit yang sudah tak sanggup lagi ditanggungnya. Kondisi perempuan itu makin payah. Sejak pagi tak sesuap nasi pun bisa ditelannya.

Bang?
Rafli termangu. Iba hatinya melihat sang istri memperjuangkan dua kehidupan.

Dokter?

Kita operasi, Nia. Bayinya mungkin terlilit tali pusar.

Mungkin?
Rafli dan Nania berpandangan. Kenapa tidak dari tadi kalau begitu?
Bagaimana jika terlambat?

Mereka berpandangan, Nania berusaha mengusir kekhawatiran. Ia senang karena Rafli tidak melepaskan genggaman tangannya hingga ke pintu kamar operasi. Ia tak suka merasa sendiri lebih awal.

Pembiusan dilakukan, Nania digiring ke ruangan serba putih. Sebuah sekat ditaruh di perutnya hingga dia tidak bisa menyaksikan ketrampilan dokter-dokter itu. Sebuah lagu dimainkan. Nania merasa berada dalam perahu yang diguncang ombak. Berayun-ayun. Kesadarannya naik-turun. Terakhir, telinga perempuan itu sempat menangkap teriakan-teriakan di sekitarnya, dan langkah-langkah cepat yang bergerak, sebelum kemudian dia tak sadarkan diri.

Kepanikan ada di udara. Bahkan dari luar Rafli bisa menciumnya. Bibir lelaki itu tak berhenti melafalkan zikir.

Seorang dokter keluar, Rafli dan keluarga Nania mendekat.

Pendarahan hebat!

Rafli membayangkan sebuah sumber air yang meluap, berwarna merah. Ada varises di mulut rahim yang tidak terdeteksi dan entah bagaimana pecah! Bayi mereka selamat, tapi Nania dalam kondisi kritis.

Mama Nania yang baru tiba, menangis. Papa termangu lama sekali. Saudara-saudara Nania menyimpan isak, sambil menenangkan orangtua mereka.

Rafli seperti berada dalam atmosfer yang berbeda. Lelaki itu tercenung beberapa saat, ada rasa cemas yang mengalir di pembuluh-pembuluh darahnya dan tak bisa dihentikan, menyebar dan meluas cepat seperti kanker.

Setelah itu adalah hari-hari penuh doa bagi Nania.

Sudah seminggu lebih Nania koma. Selama itu Rafli bolak-balik dari kediamannya ke rumah sakit. Ia harus membagi perhatian bagi Nania dan juga anak-anak. Terutama anggota keluarganya yang baru, si kecil. Bayi itu sungguh menakjubkan, fisiknya sangat kuat, juga daya hisapnya. Tidak sampai empat hari, mereka sudah oleh membawanya pulang.

Mama, Papa, dan ketiga saudara Nania terkadang ikut menunggui Nania di rumah sakit, sesekali mereka ke rumah dan melihat perkembangan si kecil. Walau tak banyak, mulai terjadi percakapan antara pihak keluarga Nania dengan Rafli.

Lelaki itu sungguh luar biasa. Ia nyaris tak pernah meninggalkan rumah sakit, kecuali untuk melihat anak-anak di rumah. Syukurnya pihak perusahaan tempat Rafli bekerja mengerti dan memberikan izin penuh. Toh, dedikasi Rafli terhadap kantor tidak perlu diragukan.

Begitulah Rafli menjaga Nania siang dan malam. Dibawanya sebuah Quran kecil, dibacakannya dekat telinga Nania yang terbaring di ruang ICU. Kadang perawat dan pengunjung lain yang kebetulan menjenguk sanak famili mereka, melihat lelaki dengan penampilan sederhana itu bercakap-cakap dan bercanda mesra..

Rafli percaya meskipun tidak mendengar, Nania bisa merasakan kehadirannya.

Nania, bangun, Cinta?
Kata-kata itu dibisikkannya berulang-ulang sambil mencium tangan, pipi dan kening istrinya yang cantik.

Ketika sepuluh hari berlalu, dan pihak keluarga mulai pesimis dan berfikir untuk pasrah, Rafli masih berjuang. Datang setiap hari ke rumah sakit, mengaji dekat Nania sambil menggenggam tangan istrinya mesra. Kadang lelaki itu membawakan buku-buku kesukaan Nania ke rumah sakit dan membacanya dengan suara pelan. Memberikan tambahan di bagian ini dan itu. Sambil tak bosan-bosannya berbisik,

Nania, bangun, Cinta?
Malam-malam penantian dilewatkan Rafli dalam sujud dan permohonan. Asalkan Nania sadar, yang lain tak jadi soal. Asalkan dia bisa melihat lagi cahaya di mata kekasihnya, senyum di bibir Nania, semua yang menjadi sumber semangat bagi orang-orang di sekitarnya, bagi Rafli.

Rumah mereka tak sama tanpa kehadiran Nania. Anak-anak merindukan ibunya. Di luar itu Rafli tak memedulikan yang lain, tidak wajahnya yang lama tak bercukur, atau badannya yang semakin kurus akibat sering lupa makan.

Ia ingin melihat Nania lagi dan semua antusias perempuan itu di mata, gerak bibir, kernyitan kening, serta gerakan-gerakan kecil lain di wajahnya yang cantik. Nania sudah tidur terlalu lama.

Pada hari ketigapuluh tujuh doa Rafli terjawab. Nania sadar dan wajah penat Rafli adalah yang pertama ditangkap matanya.

Seakan telah begitu lama. Rafli menangis, menggenggam tangan Nania dan mendekapkannya ke dadanya, mengucapkan syukur berulang-ulang dengan airmata yang meleleh.

Asalkan Nania sadar, semua tak penting lagi.

Rafli membuktikan kata-kata yang diucapkannya beratus kali dalam doa. Lelaki biasa itu tak pernah lelah merawat Nania selama sebelas tahun terakhir. Memandikan dan menyuapi Nania, lalu mengantar anak-anak ke sekolah satu per satu. Setiap sore setelah pulang kantor, lelaki itu cepat-cepat menuju rumah dan menggendong Nania ke teras, melihat senja datang sambil memangku Nania seperti remaja belasan tahun yang sedang jatuh cinta.

Ketika malam Rafli mendandani Nania agar cantik sebelum tidur. Membersihkan wajah pucat perempuan cantik itu, memakaikannya gaun tidur. Ia ingin Nania selalu merasa cantik. Meski seringkali Nania mengatakan itu tak perlu. Bagaimana bisa merasa cantik dalam keadaan lumpuh?

Tapi Rafli dengan upayanya yang terus-menerus dan tak kenal lelah selalu meyakinkan Nania, membuatnya pelan-pelan percaya bahwa dialah perempuan paling cantik dan sempurna di dunia. Setidaknya di mata Rafli.

Setiap hari Minggu Rafli mengajak mereka sekeluarga jalan-jalan keluar. Selama itu pula dia selalu menyertakan Nania. Belanja, makan di restoran, nonton bioskop, rekreasi ke manapun Nania harus ikut. Anak-anak, seperti juga Rafli, melakukan hal yang sama, selalu melibatkan Nania. Begitu bertahun-tahun.

Awalnya tentu Nania sempat merasa risih dengan pandangan orang-orang di sekitarnya. Mereka semua yang menatapnya iba, lebih-lebih pada Rafli yang berkeringat mendorong kursi roda Nania ke sana kemari. Masih dengan senyum hangat di antara wajahnya yang bermanik keringat.

Lalu berangsur Nania menyadari, mereka, orang-orang yang ditemuinya di jalan, juga tetangga-tetangga, sahabat, dan teman-teman Nania tak puas hanya memberi pandangan iba, namun juga mengomentari, mengoceh, semua berbisik-bisik.

Baik banget suaminya!
Lelaki lain mungkin sudah cari perempuan kedua!

Nania beruntung!
Ya, memiliki seseorang yang menerima dia apa adanya.

Tidak, tidak cuma menerima apa adanya, kalian lihat bagaimana suaminya memandang penuh cinta. Sedikit pun tak pernah bermuka masam!

Bisik-bisik serupa juga lahir dari kakaknya yang tiga orang, Papa dan Mama.

Bisik-bisik yang serupa dengungan dan sempat membuat Nania makin frustrasi, merasa tak berani, merasa?

Tapi dia salah. Sangat salah. Nania menyadari itu kemudian. Orang-orang di luar mereka memang tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kini berbeda bunyi?

Dari teras Nania menyaksikan anak-anaknya bermain basket dengan ayah mereka.. Sesekali perempuan itu ikut tergelak melihat kocak permainan.

Ya. Duapuluh dua tahun pernikahan. Nania menghitung-hitung semua, anak-anak yang beranjak dewasa, rumah besar yang mereka tempati, kehidupan yang lebih dari yang bisa dia syukuri. Meski tubuhnya tak berfungsi
sempurna. Meski kecantikannya tak lagi sama karena usia, meski karir telah direbut takdir dari tangannya.

Waktu telah membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, untuk Nania.

Seperti yg diceritakan oleh seorang sahabat..

- Asma Nadia -

Kamis, 28 Juli 2011

Masa Depan Yang Tidak Mudah Ditemukan

Sejarah hidupku mencatat bahwa diri ini telah pernah melamar seorang anak gadis, tetapi yang kemudian “tidak diperbolehkan menikah” atau bahasa awamnya ditolah (ditolak mentah-mentah). Yah memang hancur seketika saat itu, sangat perih bin pedih bin nelongso bin kuciwo. Tetapi itulah bagian dari kehidupan. Hidup adalah memilih dan dipilih. Bagaimana selanjutnya kehidupan berjalan? Buruk pada awalnya, namun saat berpikir ulang, kenapa masalah tersebut harus menggelayuti terus menerus dalam awan pikiranku? Bukankah hidup saat ini terlalu indah untuk diabaikan? Sejak saat itu aku berusaha menepis segala kenangan itu, memang tidak akan pernah hilang semua kenangan tersebut bahkan akan terus menyertai di dalam kehidupan kita. Tetapi kita tidak akan kembali ke masa lalu, tidak bisa lari dari saat ini, dan tidak hanya menunggu di masa depan. Maka untuk menghibur diri tersebut aku iseng bermain kartu “Tarot” yang haram bagi sebagian kalangan (kalangan, prambanan itu apa ya??)hehehehe....
Yah dari awal tadi pembacaan tarot ini bermula dari beberapa wawasan tentang keadaan yang sangat mengecewakan tempo hari. Diakibatkan dari seseorang, kita telah berpacaran hampir satu tahun yang kemudian kita akan berencana menikah, namun calon pasangan yang “itu” mengatakan segalanya batal. Yah cukup mengguncang dunia saat itu. (penekanan pada kata ditolak, batal, gagal, akibat atas dasar kekecewaan yang mendalam).
Dan pembacaan tarot ini semoga dapat mencerahkan bukan untuk diyakini tetapi sebagai hiburan semata.
Kronologisnya :
(Hal ini terjadi pada 2 bulan lalu yang meski tidak terjadi sesuatu hal yang dapat memisahkan kami berdua, tetapi kami seakan akan memelihara api dalam sekam. Entah apa yang kami pikirkan saat itu. Mungkin hubungn jarak jauh juga cukup berpengaruh. M eski komunikasi lancar kelihatannya.)
(Puncaknya beberapa hari lalu saat kami bertemu, dengan bersusah payah berusaha memasang wajah ceria namun hal itu langsung pudar pada keputusan yang terjadi tak lebih tak kurang dari 10 menit itu. Tak ada pembelaan, tak ada ratapan, tak ada permohonan, tak ada permintaan yang dapat menyatukan kami. Hal itu dibiarkan saja mengalir tanpa ada rasa memiliki yang pernah mengalir pada diri kami masing-masing. Sedih tak nampak, susah tak terlihat yang ada hanya wajah beku tanpa aura.)
(Mencoba berpaling dari kenyataan yang ada. Namun semua itu telah tersurat, tersirat dengan jelas dan gamblang. Pada akhirnya hanya satu yang tersisa yang aku miliki, DO’A. Ya hanya pada doa aku berlari menuju kesana, agar semua baik-baik saja tanpa ada rasa penyesalan, dendam dan dengki. Kata ikhlas dan maaf terlalu sering diucapkan tanpa bermakna apa-apa. Lebih baik jangan mengumbar cinta pada seseorang yang baru memahami arti cinta itu seperti apa, tapi jagalah cintamu kepada siapapun meski mereka tidak mengetahui bahwa mereka dicintai olehmu tanpa batas.) 

Dan ini pembacaan yang dilakukan pada sore tadi.
Penting untuk diingat, bahwa pembacaan tarot tidak menyajikan jawaban pasti, hanya berupa perspektif dan pada situasi tertentu saja. Saat menebar kartu tersebut (memakai 3 tebaran, sebenarnya banyak cara untuk memakai sebaran, namun 3 tebaran adalah sebaran yang paling spesifik dalam menanyakan masalah yang dihadapi saat ini, sehingga untuk mempersingkat pembacaan biasanya memakai tebaran ini), dan ternyata yang muncul pertama adalah “Queen Of Cups”, kemudian yang kedua adalah “The Wheel Of Fortune”, dan yang ketiga adalah “Princess Of Cups” atau yang biasa dikenal dengan “Page Of Cups”. Tebaran tiga kartu ini dapat digunakan dengan berbagai cara. Kartu ini mempresentasikan waktu : yang pertama adalah waktu masa lalu; yang kedua adalah waktu saat ini; dan yang ketiga adalah masa yang akan datang.
Arti kartu pertama : Queen Of Cups : keadaan yang lalu, ratu mempresentasikan bahwa wanita yang ada dalam kehidupannya ini sangat penting sebab sifat-sifatnya relevan dengan diri penanya (aku ya??). Namun rasa sensitivitas terkadang menjadi kendala hubungan yang terjalin ini. Ratu menunjukan ketenangan, terkendali dan memiliki kapasitas untuk mengembangkan hubungan menjadi lebih sakral (menikah). Tetapi pada dasarnya hubungan ini memiliki kedalaman yang terpendam dan tidak terbuka semua seluruhnya keadaan masing-masing sehingga bermisteri dan memperdaya, yang dapat memunculkan perselisihan yang berkepanjangan di kemudian hari.
Arti kartu kedua : The Wheel Of Fortune : keadaan saat ini, roda keberuntungan menunjukan akhir satu siklus dan awal dari siklus yang lain. Roda ini bergerak abadi yang selalu bertindak sebagai pengingat bahwa segalanya berlaku sementara. Yang akhirnya hanya satu titik yang melekat pada setiap pengalaman. Kartu ini sebenarnya menandakan adanya perdebatan yang panjang dan sudah lama berlangsung tentang kemauan dan keinginan bersama. Namun kartu ini memberi peringatan bahwa kita memiliki pilihan tanpa memandang hasil kehidupan dan lebih dalam, akhirnya kita sendirilah yang akan mengarsiteki dari nasib kita sendiri. Hal ini menjadi pertanda bagi kita untuk memasuki babal baru terserah kepada kita untuk menentukan apakah kejadian di tempo hari menjadi pengalam positif atau pengalamn negatif. Mungkin sebagai momentun kehidupan yang positif, memungkinkan untuk mengucap selamat tinggal pada bagian yang lalu agar menapak maju ke masa depan.
Arti kartu ketiga : Princess Of Cups atau Page Of Cups : keadaan masa depan, kartu pembantu merupakan pembawa berita kelahiran pandangan baru. Setelah mendapat pengalaman emosi yang menyakitkan, lahir kesadaran baru. Sebagai simbol potensi dan representasi tanggung jawab akan emosi. Terdapat pesan pada kartu ini yang membawa pesan cinta diri sendiri terutama bila sedang tersakiti dan menunjukan agar perlu memulai percaya diri lagi walau agar perasaan berkembang memerlukan waktu. Barangkali persahabatan baru sebagai katalisatornya. Diperlukan perhatian yang lembut agar keadaan membuahkan hasil sebab segala sesuatu masih terlihat rapuh. Perlu adanya refleksi dan kotemplasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Cukup  dipahami bahwasanya pembacaan kartu tarot ini bersifat sebagai penghibur dan cara agar gembira saja, namun pada dasarnya pembacaan kartu tarot ini dapat diambil sebagai tanda bahwa kehidupan tak berhenti saat anda sekalian menerima cobaan. Kartu tarot ini dalam reratanya berpesan agar kita percaya akan nasib/takdir/fate/fatum, tetapi tidak tergantung pada tebaran yang dibuat kartu itu sendiri. Sebab semua kejadian bukan hanya sebuah kebetulan tapi sudah dan telah direncanakan. Jadi, jangan berputus asa, kita harus tetap berdoa sesuai agama masing-masing dan berusaha tetap percaya akan kebesaran Tuhan, bagaimanapun Dia membawa kita kepada takdir yang telah Dia rencanakan untuk kita.
Dan akhirnya tetaplah tersenyum, salam, dan sapa pada setiap orang tak terkecuali orang yang telah membuatmu terluka ataupun kecewa, semua pasti ada hikmah dibalik kejadian-kejadian yang kamu alami itu.


Minggu, 19 Juni 2011

Silat Seni Sebagai Serangkaian Seni Pementasan



Silat merupakan seni beladiri dan olahraga prestasi. Meskipun Indonesia yang merupakan negara dari beladiri ini berasal, tetapi saat ini prestasinya mengalami kemunduran yang signifikan. Apa pasal? Olahraga ini kurang menjadi trend dan kalah pamor hingga tegeser oleh olahraga beladiri yang berasal dari negara-negara tetangga. Walau olahraga pencak silat ini telah dipertandingkan dievent-event daerah, nasional maupun internasional, tetapi kualitas dan profesionalitas belum dapat menyamai gaungnya seperti perhelatannya bela diri lainnya. Hal semacam ini tentunya membutuhkan pemikiran dan perhatian secara khusus.
Pada masa-masa seperti ini adalah puncak-puncaknya bela diri untuk menunjukan eksistensinya melalui berbagai film dan pertunjukan. Film yang dikemas dengan sedemikian rupa sehingga orang yang melihat akan tertarik mempelajari bela diri yang ada pada tokoh film tersebut. Disini ditonjolkan betapa tinggi filosofis yang terkandung dalam mempelajari bela diri tersebut. Berbeda dengan film yang dibangun di Indonesia dengan latar belakang pencak silat olahraga, dalam dunia persilatan yang ada di Indonesia (secara khusus) masih terkait dengan hal-hal yang mistis meski orang-orangnya telah tersentuh dengan keajaiban teknologi modern. Tidak bisa dipungkiri masyarakat Indonesia sangat kental akan pengaruh dunia mistis. Sebab jaman dahulu orang sakti pasti dikaitkan dengan ilmu olah kanuragan yang dititiskan para pendahulunya, kemudian dia dapat menyerap apapun bentuk pembelajran yang ada dalam waktu yang cukup singkat, tanpa harus dipelajari terlebih dahulu. Di sini ke-ilmiahannya masih kurang berperan, bahwa pendekar itu merupakan titisan dan bukannya diciptakan. Pandangan tentang seorang pendekar pun saat ini sudah begitu melenceng tidak sesuai dengan kaidah seorang pendekar. Dikarenakan pendekar saat ini hanya mengandalakan kekuasaan seperti lazimnya pemerintahan. Seharusnya pendekar memberi contoh bahwa silat dapat diilmiahkan dan dapat dijadikan obyek dalam penelitian ilmiah. Sehingga kecintaan terhadap ilmu pengetahuan yang merupakan tujuan dari pembelajran dari filosofi silat dapat terpenuhi.
Kembali pada silat sebagai komoditas untuk sebuah pementasan. Silat semestinya dapat menjadi tuan di rumahnya sendiri. Pada silat yang merupakan sebuah seni pementasan sebenarnya tidak begitu memerlukan seorang pendekar untuk menilai, orang awam pun dapat menilai keindahan dan estetika dari silat itu sendiri. Sebab orang awam lebih memiliki rasa yang orisinil dalam memberi komentar. Sehingga orang awam pun paham bahwa yang menggerakan gerakan silat tersebut menjiwai sosok yang diperankannya. Peran pendekar di sini adalah membuat paham para pesilat dalam menggerakan jurus-jurus yang akan digerakkan. Pemahaman bukan hanya difisik saja tetapi merasuk hingga jiwa dan hati, bersatu padu untuk menampilkan jurus dengan perfect/excellent. Dengan begitu apa yang akan digerakkan pesilat tidak serta merta hanya menyanggupi keinginan dari pendekar. Bila hal itu terjadi maka pesilat seharusnya dilatih bukan untuk diberi tekanan ataupun hukuman. Silat merupakan salah satu metode dalam menanamkan sebuah karakter yang bersifat kesatria. Silat tidak hanya kekerasan. Silat dapat dibuat sebegitu elegan sehingga dapat dinikmati gerak per geraknya. Acapkali pendekar lupa perihal filosofi yang seharusnya diajarkan sejak dini yaitu “tirulah ilmu padi” semakin berisi ia semakin merunduk, rendah hati. Tetapi hal yang diajarkan adalah nilai-nilai meraih kebenaran teknik dengan mengenyampingkan filosofi yang terkandung. Contohnya saja saat ada acara apapun yang dikeluarkan untuk pementasan, bukan silat seni yang ditampilkan melainkan silat wiralaga. Penampilan tersebut tentu saja membuat sebagian orang awam miris bila melihatnya. Berbeda bila yang ditampilkan silat ganda yaitu kedua orang bertarung tetapi telah diskenario terlebih dahulu. Sehingga orang awam paham akan gerakan yang dibuat oleh pesilat dan akan tertarik untuk mengetahui lebih lanjut.
Marilah berusaha untuk menjadi seorang pendekar tanpa pengakuan dari orang-orang sekitar. Dengan menunjukan peran aktif kita dalam memperbaiki generasi muda dengan mengajarkan silat serta filosofinya dengan benar. Pementasan silat tak ubahnya melihat diri kita dengan bantuan cermin. Begitu banyak hal yang tekandung dalam pementasan silat bila kita mau dan mampu untuk mengurai hikmah yang terkandung di dalamnya. Adegan demi adegan yang ditampilkan tak ubahnya seperti film-film laga, tetapi ada perbedaan. Yaitu tidak ada adegan ulang. Apa yang kita perankan dalam adegan tersebut hanya satu kali ditampilkan tidak dapat diulang kembali. Maka pahamilah setiap adegan, resapi setiap adegan, maknai setiap adegan yang terjadi pada kita tak ubahnya seperti pementasan silat. Sehingga membuat diri lebih bernurani, berempati dan bersimpati.

Notes kecil untuk dibaca ulang


Aku mempunyai notes untuk selalu ditulis yang kemudian dibaca ulang, tapi inilah yang aku tulis. Tapi salahkah aku menulis hal seperti ini? Tentu jawabannya tidak salah. Sebab aku mempunyai alasan mengapa aku menulis hal ini. Tahukah anda kenapa orang-orang yang ditinggal pergi (seperti kata orang Yunani yang tidak ingin menulisnya) tak mampu menulis obituari (berita kematian) tentang kerabatnya atau sahabatnya? Hanya satu pertanyaan yang diajukan jika ada yang meninggal : adakah ia mempunyai passion (gairah)dalam menjalani hidup? Gairah yang hidup dalam segala hal ihwal saat dia dalam kehidupan di dunia dan kemudian dia cukup menulis sebagai bahan renungan dikemudian hari. Maka dari itulah notes ini serasa begitu berguna bagiku bila ingin mengingat sesuatu, sehingga aku mempunyai kesempatan untuk membaca ulang kembali.
Ada sebuah kisah dari sahabatku yang aku tulis di notes ini. Saat dia meninggal akibat komplikasi atas kehilangan soulmatenya dan tunangannya dalam waktu hampir bersamaan. Saat dia akan menikah dan waktu menunjukan kurang dari seminggu dia akan menikah, tetapi dia memutuskan untuk mencari soulmateny. Tentu saja dia bertemu dengan soulmatenya, akan tetapi solmatenya tersebut telah memilih lelaki yang lain. Dan saat dia kembali ke acara pertunangannya, dia hanya terlambat 5 menit setelah pertunangannya dibubarkan. Sungguh di luar dugaan. Maka aku menulis hal ini dalam notesku.
Dia seorang manager di sebuah perusahaan. Kepribadianya cukup menawan. Dia berbicaa lembut dan obsesif. Dia tak pernah melihat bagian dari romantisme kehidupannya tanpa harapan. Tapi di minggu terakhirnya kemarin, dia menemukan sisi tak dikenal dari jiwanya. Kepribadian yang tersembunyi ini mencuat ke permukaan selama penyelidikan gaya Agatha Christie untuk mencari soulmatenya, gadis yang pernah bersamanya selama beberapa jam yang tak terlupakan (beberapa tahun yang lalu). Sayangnya, pencarian yang gigih tersebut berakhir pada Sabtu malam dengan hasil yang menyedihkan. Walaupun terkalahkan begitu saja, dia cukup pemberani dalam berpegang teguh pada keyakinan bahwa hidup adalah serangkaian kebetulan-kebetulan tanpa makna. Tapi juga rangkaian kejadian indah yang merupakan bagian dari rencana yang luhur. Ditanya tentang kehilangan, dia menggambarkan bahwa sebagai manusia janganlah berubah pada saat di hari-hari terakhir tetapi mulailah disaat kamu merasa jatuh sehingga “Segalanya menjadi jelas untuk hidup yang lebih baik”. Pada dasarnya dia menyimpulkan jika kita menjalani hidup secara harmoni dengan alam semesta, kita harus mempunyai keyakinan yang kuat yang nenek moyang dulu biasa menyebutnya “fatum”, yang sekarang disebut sebagai takdir. Takdir akan membawa kita sejauh mana kita mampu berkeyakinan untuk melangkah. Itulah “Takdir/Destiny/Fated/Predestinate”.

Minggu, 01 Mei 2011

PERAN NYATA LEMBAGA AKADEMIK KEOLAHRAGAAN KEDEPAN



Sebuah negara perlu mengembangkan dan sekaligus memajukan olahraga. Sebab olahraga yang berdasarkan pada perkembangan dunia seiringnya kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, negara dapat memperoleh hasil yang luar biasa berkenaan dengan olahraga. Kinerja olahraga yang prestatif ini dapat mengangkat harkat, martabat dan kehormatan bangsa. Dalam olahraga akan menciptakan rasa disiplin dan kerjasama yang baik, menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi terhadap bangsanya sendiri. Olahraga yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari merupakan contoh nyata mengapa suatu negara perlu memajukan olahraga. Dengan berolahraga tidak hanya mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran saja tetapi juga berperan penting dalam membentuk sebuah kepribadian.

Pemerintah sebagai pihak yang sangat membutuhkan bangsa yang sehat bugar, dan kuat secara fisik maupun psikis untuk keberlansungan roda pembangunan, dituntut untuk berperan aktif melalui seluruh departemennya yang terkait. Mengapa Pemerintah? Sebab pemerintah yang memiliki kebijakan dan kemampuan pendanaan dalam membuat sarana dan prasarana olahraga yang memadai. Selain itu pemerintah juga memerlukan sarana atau media untuk mempromosikan dan memperkenalkan eksistensinya dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan berbagai negara di seluruh kawasan dunia dengan cara mengikuti ivent yang diselenggarakan oleh forum regional, continental atau Olympic Games. Dalam mengembangkan dan juga memajukan olahraga yang ada di Indonesia ini, pemerintah mempunyai patrner yang bertugas melakukan pembinaan prestasi olahraga yaitu KONdan KOI. Sebab KON dan KOI merupakan organisasi olahraga independen tertinggi disuatu negara yang keberadaannya diakui oleh Organisasi Olahraga Dunia (IOC). Disini tugas untuk membina dan meningkatkan prestasi olahraga tidak semata hanya KON dan KOI saja, tetapi yang paling penting adalah para pelaku olahraga. Para pelaku olahraga disini meliputi:
1. Lembaga akademik yang memiliki pakar ilmu keolahragaan, sarana prasarana yang menunjang, lembaga riset dan kajian, pembina dan pengurus organisasi keolahragaan.
2. Para pelaku olahraga yang langsung terlibat di lapangan seperti guru olahraga yang merupakan insan pertama meperkenalkan gerakan olahraga sejak dini, pelatih sebagai subyek dan sekaligus obyek pencetak prestasi atlet, atlet sebagai pembinaan pretasi, pembina dan pengurus organisasi keolahragaan sebagai subyek dan obyek pembinaan dalam bidang organisasi keolahragaan.

Oleh sebab itu, para pelaku olahraga harus meningkatkan perannya dalam mencapai semua itu dengan jiwa sportif tentunya. Sebuah upaya untuk memajukan olahraga di Indonesia tidak terlepas dengan dana tentunya. Penggalangan dana didapatkan dari usaha ataupun industri. Walaupun dana dibebankan pada negara sepenuhnya seharusnya, tetapi dunia industri juga memiliki kepentingan. Dunia indutri akan terbantu dalam mempromosikan hasil usahanya. Dengan promosi produk yang dilakukan oleh insan olahraga tentunya produk industri yang dipasarkan semakin mudah diterima oleh masyarakat luas karena image yang melekat pada sebuah produk tersebut berkaitan dengan olahraga.

Sebuah kemenangan ataupun kekalahan pasti ada sebabnya, oleh karena itu bagaimana cara mengatasi bila kedua hal tersebut terjadi adalah sebuah tuntutan dan tuntunan agar tidak terjerumus pada hal yang merugikan. Prestasi olahraga Indonesia dalam dasawarsa terakhir ini terbilang terpuruk daripada bangsa lain. Sebab di Indonesia dalam mengkaderisasi, regenerasi dan seleksi atlet terlambat dan kurang maksimal itupun kurang memanfaatkan IPTEK. Sehingga proses yang diharapkan saat pemasalan, pembibitan, dan pembinaan prestasi kurang optimal. Sarana dan prasarana yang hanya terpusat dan tidak merata menyebabkan sulitnya mencari atlet yang kompeten. Dana yang minim untuk sistem pembinaan dan peningkatan prestasi mengakibatkan tidak fokusnya pada skala prioritas cabang olahraga unggulan. Dan saat ini lebih buruk lagi dengan mutu kepelatihan dan kompetensi pelatih yang masih minim, itupun masih ditambah dengan ketidak bijaksananya wasit dalam memimpin sebuah pertandingan.

Hal pertama kali yang harus dilakukan agar kejayaan olahraga di Indonesia tercinta ini dapat terwujud adalah mengembalikan fungsi masing-masing. Pemerintah dengan partnernya KON dan KOI bekerja sama dengan lembaga akademisi dan pelaku olahraga untuk:
1) mengambil peran dalam memperbaiki mutu dan kompetensi pelatih juga wasit,
2) menyusun sistem pembinaan olahraga (pemasalan, pembibitan, dan pembinaan pretasi) yang sitematis, integratif, dan berkesinambungan,
3) menyusun kurikulum yang tepat untuk menghasilkan SDM (guru, pelatih, pembina, pengurus) keolahragaan yang berkualitas,
4) meningkatkan pemanfaatan IPTEK olahraga secara efektif dan efisien dengan cara melakukan kajian atau riset ilmiah,
5) mengadakan seminar-seminar keolahragaan baik nasional maupun internasional.

Kemudian dalam hal pendanaan, pemerintah bekerja sama dengan dunia usaha dan industri untuk membuat sarana prasarana yang memadai agar tercipta suasana kondusif dalam berlatih. Kesejahteraan para atlet dan pelatih ketika pensiunpun semestinya juga diperhatikan. Kesejahteraan memang momok yang utama dalam dunia keolahragaan. Hal ini sangat penting akan tetapi bukan utama. Yang utama adalah kesadaran masyarakat kita sejauh mana mereka perduli terhadap olahraga itu sendiri. Bila semua hal yang tersebut berjalan tanpa adanya partisipasi aktif dari masyarakat, kedepannya pun kita akan mengalami kendala yang sama. Sehingga kesadaran dari berbagai pihak masyarakat sangatlah membantu peningkatan prestasi olahraga di Indonesia.

Kamis, 28 April 2011

Mengatasi masalah dengan atasan?

Yup setiap kali kita menjadi orang yang disuruh pasti merasa kurang nyaman ataupun kurang ikhlas menerima perintah dari atasan. Apakah penyebabnya? Dari berbagai cara untuk mengatasi diskriminasi pekerjaan tersebut kita melihat pada diri kita terlebih dahulu. Dulu pada saat kita menjadi senior di Unit Kegiatan pastinya kita juga menyuruh adik tingkat kita denga perlakuan yang sama pada saat kita disuruh-suruh tadi. Nah itulah sebuah roda kehidupan yang selalu kita mengikuti kita. Dan seharusnya kita juga menyadari akan hal itu sehingga perasaan "nggrundel" atau ga enak hati tidak terselip pada diri kita. Bekerjalah dengan satu tujuan yaitu mengharap ridho Allah SWT maka pekerjaanmu akan dimudahkan entah bagaiman cara dan bentuknya.
Menjaga hati selalu mawas diri lebih penting daripada kita uring-uringan gara-gara atasan kita tidak mempermudah pekerjaan kita. Nah selanjutnya apa yang harus dilakukan agar atasan kita menyukai ide-ide pekerjaan kita?
Hmmmm... Kita pikirkan bersama-sama saja ya....?!

Nah ini ada sebuah artikel yang menarik di tabloid nova. silahkan baca. http://www.tabloidnova.com/Nova/Karier/Konflik-Kantor/Cara-Bijak-Dukung-Atasan
Banyak pemimpin perusahaan yang mengikuti berbagai macam kursus serta belajar bagaimana cara mengatur para pegawainya. Sayangnya, cuma sedikit yang belajar bagaimana cara "mengatur" bosnya.
Berikut ini beberapa tips yang dapat diterapkan agar bos mendapatkan hasil yang lebih baik, sekaligus membantu menjalin serta mengembangkan hubungan yang lebih kuat dengan atasan Anda.
1. Memotivasi atasan
Cari tahu, apa yang penting buat atasan dan bagaimana agar dapat membantunya. Apakah atasan lebih memusatkan perhatian pada peningkatan penjualan atau lebih tertarik pada pengembangan pemasaran internasional? Bila Anda tahu apa yang diprioritaskan atasan, hal ini akan dapat membantu Anda untuk lebih memusatkan waktu dan tenaga pada prioritas-prioritas tersebut.
2. Bekerja sebagai tim
Atasan Anda berhadapan dengan berbagai macam tekanan dari pihak-pihak yang belum tentu Anda ketahui. Tanyakan pada atasan, cara yang bagaimana yang diinginkannya agar Anda dapat membantunya. Cari cara untuk mempermudah pekerjaan atasan dan tunjukkan padanya, Anda dapat membantunya.
3. Beri umpan balik
Tidak mudah untuk memberikan umpan balik pada atasan. Namun walau bagaimanapun juga, Anda harus memberitahu atasan, apa yang sebaiknya dilakukan dan tidak. Tentu saja sampaikan hal itu dengan cara yang sopan dan disertai bukti nyata.
Dengan cara ini Anda membantu atasan dalam mengatasi masalah yang dihadapi dan hubungan dengan atasan pun akan lebih kuat. Sebelum mencobanya, Anda dapat mempraktekkannya terlebih dahulu pada teman sekerja beberapa kali dan setelah itu sampaikan pada atasan dengan cara yang sopan.
4. Tawarkan saran, bukan keluhan.
Bila ada masalah, temui atasan untuk memberi saran yang spesifik atas apa yang dapat Anda lakukan. Hal ini jauh lebih membantu daripada hanya menunjuk kesalahan atau mengeluh.
5. Jangan memberi kejutan
Artinya, beritahu atasan tentang masalah-masalah yang sekiranya bakal jadi hambatan jauh sebelum persoalan tersebut berkembang. Pastikan atasan memperoleh semua informasi agar dia tidak terkejut di dalam rapat.
6. Bantu atasan
Cari cara agar atasan tampak baik. Bantu atasan agar dapat naik ke posisi yang lebih tinggi dan dengan demikian Anda pun akan siap untuk naik ke posisi yang lebih tinggi. Memiliki hubungan kerja yang sangat baik merupakan hal yang utama demi keberhasilan Anda. Semuanya tergantung dari bagaimana Anda memperlakukan atasan. Yang jelas, bukan dengan cara menjilat!


Dan untuk mengatasi emosi yang berlebihan ada beberapa kiat dan tipsnya baca saja di bawah ini.
Tips mengatasi emosi di kantor :

Setiap karyawan pasti pernah merasakan naik turunnya emosi di tempat kerja. Berhubungan dengan banyak orang, dengan banyak sifat dan kemauan dan kemampuan, membutuhkan tenggang rasa tinggi, serta kemampuan untuk menguasai emosi sebaik-baiknya.

Berikut ini enam tips untuk membantu Anda menjaga emosi agar tetap berada pada "daerah aman". Artinya, tidak terlihat terlalu ambisius mengejar karier, tetapi tidak juga pasif.
Tip 1: Tenangkan diri
Pasti ada saat-saat dimana emosi Anda meledak. Jangan bawa rasa marah ke ruangan atasan, dan menuangkan semua emosi Anda kepadanya. Atasan bukan tempat yang tepat untuk curhat hal-hal sepele yang seharusnya bisa Anda selesaikan sendiri. Sebaliknya, tarik diri Anda dari situasi yang tak mengenakkan, dan kenali masalah yang membuat Anda marah. Setelah itu, analisa permasalahan, dan cari solusi.

Sampaikan kepada atasan pada saat Anda sudah tenang. Berikan masukan yang positif dengan penuh semangat. Sampaikan situasi secara rasional beserta masalah dan solusi yang jelas agar atasan melihat Anda sebagai seorang yang profesional dan memandang situasi dengan jelas.
Tip 2: Membaca sinyal
Bila Anda termasuk orang yang bersemangat dan penuh dengan untuk melaksanakan tugas-tugas yang sulit, manfaatkan energi tadi untuk memaksimalkan kelebihan yang Anda miliki. Tetapi, tetaplah melakukannya dengan hati-hati.

Kemauan yang besar diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik. Pastikan bahwa semangat Anda tidak melampaui batas. Untuk mengetahuinya Anda dapat mengamati bahasa tubuh yang diperlihatkan orang lain kepada Anda. Bahasa tubuh merupakan indikator yang baik dalam menyadarkan apakah Anda terlalu emosional atau tidak.
Tip 3: Fakta pendukung
Bila sedang melakukan suatu tugas yang membuat Anda sangat bersemangat, jangan lupa untuk melengkapinya dengan fakta-fakta dan angka-angka. Tetapi jangan lupa, untuk mendapatkan kepekaan bisnis yang baik, selain data yang obyektif dan dasar pemikiran yang kuat, "investasi emosional" juga perlu Anda miliki.

Tip 4: Kerja sama dengan baik
Kemampuan bekerja dalam tim merupakan keterampilan yang penting. Di lingkungan profesional, keberhasilan tim sangat tergantung dari kemampuan memberi dan menerima (take and give) antara para anggota tim yang bekerja sama demi mencapai tujuan.

Sebagai pemimpin tim, kemampuan mengelola emosi diri sendiri dan emosi anggota lainnya merupakan keahlian tersendiri. Salah satu cara terbaik dalam mengatur emosi orang lain adalah dengan mendengarkan apa yang mereka katakan dan memperlihatkan empati terhadap apa yang mereka rasakan.
Setiap orang ingin didengar, terutama di tempat kerja dimana mereka menghabiskan hampir sebagian besar waktunya. Untuk mengatur emosi Anda, pusatkan perhatian ke dalam usaha menangkan diri Anda. Jika Anda sudah bisa menguasai diri sendiri, anggota tim yang lain akan melihat Anda sebagai panduan emosional mereka. Bila emosi Anda meledak, yang lain akan memberikan reaksi yang sama.
Tip 5: Cari orang yang tepat
Kadang-kadang hanya dengan mengeluarkan uneg-uneg kepada seseorang yang mengerti dinamika kantor akan dapat menenangkan emosi Anda. Melepaskan kekesalan kepada seseorang yang tidak memiliki tingkat emosional yang sama dengan Anda merupakan cara terbaik. Pilihlah tempat curhat dengan bijaksana, dan pikirkan dua kali sebelum menentukan siapa orangnya agar Anda tidak dikhianati.

Tip 6: Menjaga keseimbangan hidup
Cara lain untuk mendapatkan keseimbangan emosional di tempat kerja adalah dengan memiliki keseimbangan hidup di luar tempat kerja Anda. Bila Anda memiliki kehidupan pribadi yang menyenangkan, rasa bahagia akan terpancar di wajah Anda dan terbawa ke kantor. Akibatnya, meskipun Anda bertemu dengan hal-hal yang potensial memancing emosi, Anda bisa mengatasinya dengan wajar.

 Dishare dari http://www.a2g-west.com/forum.php?task=reply&topik=263&idkategori=16

Sabtu, 09 April 2011

susahe dadi wong urip dub!?

Sebenarnya tidak susah sie, tapi menyusahkan.... Bagaimana tidak menyusahkan sampai saat ini aku yang nota bene sudah menjadi seorang pelatih (seharusnya sieh) tapi masih menyandang status "calon" sarjana pendidikan kepelatihan olahraga????!!!!! Fiuuuuuh gondok ga tuh? mungkin dah ilang semua ilmu yang aku dapat hampir 5-6 tahun lalu gara-gara sebuah karya ilmiah yang konon situasinya yang membikin dan paling menentukan untuk mendapatkan gelar tersebut. Ya mau diapakan lagi semua ada tata cara dan peraturan yang harus diikuti. Tapi aku juga ga rela sieh kalo hanya sebuah karya ilmiah ini.
(Tapi ternyata telah terobati dengan adanya KERE T4PI MBOIS-e jeng fietha geulis....wah-wah dengan melihat grammar suroboyoan iki bangkit lagi semngat juangku.... hohohoho....matuur tengkyu karo mba fietha sing pancen geulis, tapi rodo koyo lanang thithiek hehehehehe.......)
 Nah kembali ke persoalan karya ilmiah aku yang sedang berjalan dan yang agak menghambat diriku dalam menyelesaikan masa-masa studi di Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) ini. Kemungkinan yang tejadi adalah kemalasan yang mendera dan secara bertubi-tubi. Perihal ini dikarenakan cidera ankle joint yang tidak kunjung sembuh-sembuh... Tolong teman-teman... Tolong jadilah perantara kesembuhan cidera ku ini dari Maha Penyembuh segala penyakit...
Ataou kalaupun tidak ingin ya rekomendasikan apa-apa yang dapat menyembuhkan cidera ku ini. Terima kasih.

baca disini http://www.sastra.org/bahasa-dan-budaya/31-karawitan/54-koleksi-warsadiningrat-mdw1909a-warsadiningrat-1909-281

Selasa, 05 April 2011

Imagine Spiritual dan Kebudayaan Ilmu Silat (Yang Tersirat Dalam Ilmu Silat)

Kehidupan spiritual silat hanyalah sebuah tebakan-tebakan yang ada dalam angan-angan atau hanya ada pada khayalan saja. Ada banyak pemahaman yang mengindikasikan bahwa kehidupan spiritual pesilat hanya ada pada agama yang dianutnya saja tanpa melihat misi pejagaan budaya dan tradisi yang telah mengakar pada silat itu sendiri. Hal ini dipertegas dengan semakin tidak diminatinya untuk mempelajari falsafah yang ada dalam silat dan mulai ditinggalkannya proses-proses untuk mengasah ketajaman intuisi dan kepekaan terhadap yang kasat mata (olah batin). Sebagian dari penggemar ilmu silat lebih menginginkan ilmu kanuragan (olah fisik) saja yang diolah hingga tuntas, sehingga ilmu silat yang berhubungan dengan pengolahan ilmu batin seolah mulai ditinggalkan. Ilmu olah batin dinilai sudah kuno dan tidak “njamani” sebab ilmu tersebut tidak dapat dilalui atau dikuasai dalam waktu singkat dan instan. Ilmu olah kebatinan pada saat ini dibeberapa perguruan silat hanya diajarkan kepada mereka yang berminat dan minimal telah mengusai berbagai jurus-jurus silat. Pesilat diharuskan menguasai jurus yang bila diperagakan enak dipandang hingga jurus yang keras dan mematikan sebelum beroleh ilmu olah batin. Pada zaman dahulu lebih ekstrim untuk bisa mendalami ilmu olah batin, yaitu yang berhak mempelajari ilmu tersebut haruslah memiliki hubungan kerabat dan dekat dengan para “pendekar”. Tetapi melihat laju perkembangan zaman saat ini yang tiada terbatas arus informasi, setidaknya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ilmu olah batin tersebut tentulah sangat berguna untuk membetengi diri dari marabahaya dan bukan sebagai komoditas ajang pamer. Sebab dengan tingkat kewaspadaan diatas normal tentu saja, diharapkan dapat melindungi seseorang atau masyarakat dari gangguan yang tak kasat mata ataupun yang kasat mata. Dan bila diapresiasi dengan baik, penguasaan ilmu olah kebatinan dapat dijadikan sebagai salah satu landasan untuk menseleksi seorang pendekar silat agar benar-benar menjadi “pendekar” yang mumpuni, sehingga tidak semua orang bisa menjadi “pendekar”.
Terkadang, sedemikian rupa kita mempertahankan tradisi dan kriteria dalam menentukan seseorang yang mumpuni untuk diangkat menjadi seorang pendekar, akan tetapi organisasi yang menaungi menentukan kriteria yang lain dalam pengangkatannya. Hingga konteks yang menentukan hal itu sendiri dilupakan. Dalam perkembangan saat ini, banyak yang diangkat menjadi seorang pendekar hanya sekedar untuk kepentingan yang terselubung, entah itu sebagai prestise atau sekedar untuk mencari dukungan agar organisasi yang dinaungi dapat bertahan hidup lebih lama (akibat dari masalah finansial, perekrutan massal atau sebab yang lain), dinilai bukan karena kapasitasnya yang telah berjasa bagi masyarakat atau bagi organisasinya. Terdapat beberapa penyebab kurang maksimalnya peran pendekar pada masa kini sebagai tonggak pertama pelestari budaya tradisional. Pertama, belum adanya kesepakatan untuk membentuk komunitas pendekar yang telah purna silatnya walaupun berbeda aliran ataupun perguruan. Sebab setiap aliran mempunyai karakter dan ciri khas tersendiri sehingga agak sulit untuk saling mendukung untuk eksis dalam keberagaman. Meskipun pemerintah telah memfasilitasi dengan dibentuknya organisasi IPSI yang di”kuasai” 10 perguruan historis, wadah-wadah kecil yang menampung aspirasi berbagai aliran silat yang belum termasuk juga diperlukan. Kedua, komposisi masyarakat yang majemuk dan berujung pada permintaan akan pembentukan identitas universal yang baru. Adanya keberagaman keinginan masyarakat, tentunya mewarnai dalam menentukan arah yang akan dituju sebuah orgasnisasi. Dalam hal ini kebijakan yang diambil dikalangan atas para pendekar belum tentu sesuai dan semakna pada komunitas pendekar ataupun para pesilat akar rumput. Ketiga, terdapat keterbatasan sumber daya tenaga ahli terutama dalam kaderisasi generasi muda, teknologi informasi sebagai wahana penyampaian aspirasi, dan finansial yang mencukupi. Masalah yang ketiga ini terbentur akibat dari para sesepuh yang telah menjadi pendekar tetap bersikukuh merasa bahwa mereka tidak perlu perubahan dan menyesuaikan dengan hal-hal baru dalam dunia persilatan. Apa yang mereka dapatkan pada masa lalu dipertahankan tanpa ada penyesuaian dengan masa kini. Seperti tertulis di atas pendekar diangkat bukan karena kapasitasnya sebagai seorang pendekar melainkan karena berpengaruh di masyarakat entah secara kekuasaan ataupun finansial. Sehingga pencarian sosok pendekar yang dekat dengan masyarakat, penjaga tradisi budaya dan paham akan intuisi agak sulit tercapai.
Namun demikian, dari sudut lain, ternyata ilmu silat membentuk sesuatu yang tak kalah pentingnya dari ilmu olah batin itu sendiri yaitu membentuk karakter, perilaku dan moral. Di dalam silat ada semacam sifat untuk menjaga diri, tapi bagaimana menjaga diri tanpa mempunyai rasa permusuhan. Seperti sebuah pohon yang tumbuh harus menjaga keamanan dirinya, tetapi ia tetap hadir sekaligus memberikan keindahan atau pengayoman. Sehingga belajar ilmu silat dapat membuka kesadaran, mengasah, dan memberikan daya kepekaan untuk selalu memahami sekaligus melindungi lingkungan sekitar. Hal ini dipahami sebagai local genius atau local wisdom (kearifan budaya lokal), yang seharusnya diawali dan dicontohkan oleh pendekar. Pendekar haruslah dapat mengayomi dan melindungi seseorang ataupun suatu kelompok masyarakat dari gangguan fisik ataupun non fisik yang datang dari luar, dapat menjaga keamanan dan stabilitas masyarakat, lingkungan sekitar, dan ahli dalam ilmu-ilmu pengobatan. Seorang pendekar pastilah mempunyai filosofi kehidupanya sendiri-sendiri, begitu juga ilmu yang dimiliki pasti berbeda satu dengan yang lain dalam kemanfaatan ilmunya dimasyarakat. Sebenarnya jejaring seni budaya yang digunakan ini bisa menjadi soft power yang kokoh dalam melindungi kekayaan budaya bangsa di tengah arus globalisasi. Tentu dengan falsafah yang ada pada tiap tradisi silat dan disinergikan dengan attitude modern sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman, tanpa melupakan falsafah yang sebenarnya dari bangsa Indonesia. Dipastikan untuk berkomitmen pada konservasi budaya yang ada juga tinggi. Saat nilai-nilai kearifan budaya lokal telah disosialisasikan salah satunya melalui silat maka untuk membangun budaya, menjaga warisan budaya akan lebih mudah sehingga kita tidak akan kehilangan identitas sebagai bangsa yang majemuk akan budaya. Lebih jauh lagi, sinergi dengan pembentukan perilaku, moral, dan karakter melalui silat bisa mengembalikan kepemilikan budaya pada generasi zamannya, sehingga anak-anak muda tidak menjadi gelandangan budaya, tetapi dapat menjadi salah satu tuan rumah atas tradisi nasional itu sendiri.
Kebudayaan yang telah bersinergi dengan kehidupan sehari-hari tentunya dapat membangun karakter dan mentalitas para pemuda-pemudi. Sebab kebudayaan sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan masyarakat. Biasanya kebudayaan adalah sesuatu yang turun-temurun sehingga mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, ilmu pengetahuan, serta struktur yang ada pada masyarakat yaitu kearifan lokal itu sendiri. Dapat dipastikan bahwa kebudayaan tersebut akan menjadikan para pemuda-pemudinya lebih peduli terhadap lingkungan sekitar sehingga konservasi yang dilakukan tidak sia-sia. Oleh karena itu sudah selayaknya kita memikirkan bagaimana caranya untuk tetap mempertahankan kebudayaan lokal kita, eksistensi kebudayaan yang kita miliki merupakan proses sosial kompleks yang multi faset : melibatkan pendidikan, sains dan teknologi, ekonomi, politik. Setidaknya menjamin sinergitas antar fase tersebut cukuplah bagi kearifan lokal untuk dapat eksis.
Dengan kemampuan yang ada dan azas kebermanfaatan bagi masyarakat, silat tidak membentuk manusia menjadi sakti, tetapi untuk mencapai perbaikan kualitas kepribadian dan moral. Karena dalam pembelajaran ilmu silat itu ada disiplin dan aturan-aturan dimana kepribadian terbentuk bersamaan melalui proses-proses latihan, dan pendidikan moral terbentuk saat proses menjadi seorang pendekar sejati. Jika pedoman dasar kepribadian dan standar moral yang teguh, adaptif, progressif dan membudaya itu kita miliki barangkali pertikaian yang ada pada bangsa ini tidak perlu terjadi lagi.

tugas angwahyutr dalam mata kuliah sosiologi olahraga, 2009

Sufi



Bismillahirohmanirokhim

” Allah Azza Wa Jalla satu-satunya sumber kebahagiaan dan kesedihan. Dialah sumber kepedihan sekaligus obatnya. Jiwa mengingat ini, seperti tetes air mengingat samudra dan begitu merindukan Persatuan Tertinggi. Semua yang kalian pelajari di jalan ini tak lain adalah perenungan akan kebenaran ini, sebab semua pengetahuan sejati berasal dari dzikir. Kita mesti membersihkan hati dengan air mata sesal, agar bisa memantulkan cahaya rahmat dan kasih-Nya.”

Pada suatu hari di masa lalu, seorang dari kaum Qalandar bertemu dengan seorang penjahat besar.
Pada masa lalu, seorang faqir pengelana tiba di sebuah oasis di sebuah gurun di barat. Dia seorang Qalandar yang berkelana di gurun-gurun Afrika dan Arab selama bertahun-tahun. Dia mencari-cari tempat penyendirian agar bisa mengingat Tuhannya dan merenungi misteri-misteriNya. Amal, iman, dan kepasrahannya kepada Tuhan membuatnya dianugerahi kedamaian jiwa. Ketulusan dan ibadahnya di Jalan Cinta sangatlah mendalam, sehingga hal-hal gaib tersingkap padanya, dan ia menjadi seorang Wali, Sahabat Allah Azza Wa Jalla. Faqir itu tiba di oase malam hari. Ia segera merebahkan tubuhnya di bawah pohon kurma untuk beristirahat sejenak sebelum menunaikan shalat tahajud. Tapi, tanpa disadari, ada lelaki lain yang juga sedang beristirahat di dekat pohon tersebut. Tapi lelaki tersebut adalah penjahat tersohor, gembong dari sekelompok penjahat yang dahulu sangat ditakuti orang. Mereka dulu suka merampok kafilah-kafilah pedagang kaya yang bepergian melalui kota-kota di pedalaman. Tapi kekejaman para penjahat itu akhirnya sampai ke telinga Sultan, dan karenanya ia memerintah prajuritnya untuk memburu dan membunuh gerombolan perampok itu. Banyak anggota perampok tertangkap dan dipancung kepalanya. Yang lainnya meninggalkan gembong penjahat tersebut. Sebagian lagi mengkhianatinya karena takut dihukum pancung seperti kawan-kawannya yang lain. Akhirnya pentolan penjahat itu sendirian. Hartanya ludes semua. Uangnya yang terakhir sudah habis dalam pelarian. Kini ia menjadi buronan nomor wahid. Kepalanya dihargai sangat mahal, bahkan mantan kawan-kawannya, yaitu para penadah barang-barang hasil jarahannya, kini tak mau lagi menolongnya. Mereka juga takut jika kemarahan Sultan menimpa diri mereka. Karena itulah penjahat ini melarikan diri berhari-hari melintasi gurun dan sampai di oasis tersebut dalam keadaan letih dan lapar. Ia duduk di bawah pohon dan merutuki nasibnya yang malang.

” Nah, sekarang aku bertanya pada kalian, dari dua lelaki itu, mana yang lebih agung dan mana yang lebih rendah? Siapa yang di berkahi Allah Azza Wa Jalla dan siapa yang dilaknat-Nya? Jangan, jangan menjawab! Kalian tak akan tahu jawabannya, sebab kalian bukan hakim mereka. Hanya Sang Penciptalah yang berhak menghakimi ciptan-Nya.”

Tapi, Malaikat Munkar dan Nakir, yang bertugas menanyai orang yang sudah meninggal, melihat keadaan kedua orang itu. Kata Malaikat Munkar, ”Di sini jelas tampak beda antara emas yang murni dan yang palsu. Dua orang ini sudah bisa dinilai mutu jiwanya, walau mereka belum mati. Allah Azza Wa Jalla akan mengangkat lelaki yang saleh dan syetan akan menemani lelaki jahat itu.”
’Pasti demikian,’ kata Malaikat Nakir setuju. ”Emas sejati amatlah langka. Surga amatlah luas dan neraka penuh api yang menyala-nyala hingga ke dasarnya.”
Allah Azza Wa Jalla mendengar bersitan pikiran kedua malaikat-Nya itu. Allah Azza Wa Jalla lalu berbicara kepada hati dua malaikat itu: ”Kalian telah menghakimi nasib mereka. Namun manusia akan celaka jika Aku menghakimi makhluk-Ku hanya dengan keadilan belaka. Bukankah Aku Maha Pengasih lagi Maha Penyayang? Saksikanlah! Aku akan mengunjungi mereka dalam tidur dan visi mereka, agar kalian tahu kebenaran sejati dari makhluk-Ku.”
Lalu Allah Azza Wa Jalla menidurkan dua orang itu dan mengirimkan mimpi kepada si faqir dan penjahat tersebut. Qalandar yang alim itu bermimpi berada dalam neraka, bahkan berada di dasar neraka yang paling dalam, dengan nyala api yang paling lebat dan hebat. Sedangkan pentolan penjahat itu berada di surga, berdiri bersama-sama para Wali Allah di hadapan singgasana-Nya. Kedua malaikat itu menyaksikan si faqir yang saleh berada di tengah-tengah neraka, dan melihat orang yang sangat baik ini berdiri telanjang dengan api membakar dagingnya. Jeritan jiwa-jiwa yang tersiksa membuat telinganya sakit. Tapi lelaki itu tidak merasakan kesakitan saat api neraka membakarnya, dan ia bahkan tak terkejut ataupun takut. Ia hanya memikirkan Sang Kekasih, dan penderitaan sehebat apapun tak bisa mengalihkan perhatiannya kepada Allah Azza Wa Jalla. Ia lalu duduk diselimuti kobaran api yang panas dan menyesakkan. Dengan suara tenang dan keras Sufi itu mulai berdzikir:
Laa Illaha Illa Allah
Api itu menyala lebih hebat saat dzikirnya menggelegar. Lalu api itu meredup, dan gunung-gunung api di neraka bergetar hebat mendengar dzikirnya. Jiwa-jiwa lain yang disiksa di neraka berhenti menjerit dan memasang telinga lebar-lebar, karena nama Allah Azza Wa Jalla selama ini tak pernah diucapkan di neraka. Kemudian semua suara lenyap kecuali suara dzikir itu. Lelaki itu terus berdzikir sampai dasar dan fondasi neraka berguncang hebat, sedangkan para penghuni lain yang terkutuk di neraka mulai mendapatkan secercah harapan untuk bebas dari adzab neraka. Neraka itu pasti akan runtuh berkeping-keping jika Iblis tidak muncul dan memohon kepada si faqir untuk menghentikan dzikirnya. Tapi lelaki saleh itu terus saja berdzikir, sebab ia sudah lama menapaki Jalan Cinta, dan kehendak Sang Kekasih sudah menjadi kehendaknya, entah ia dimasukkan ke dalam surga atau neraka.
Sedangkan gembong penjahat yang dulu begitu ditakuti, dan kemudian tersia-sia dan menderita, kini mendapatkan tempat yang begitu indah. Allah Azza Wa Jalla juga memperlihtkan keadaan penjahat itu kepada kedua malaikat-Nya. Mereka melihat penjahat itu berdiri dengan jubah panjang, gemetar di tengah-tengah penghuni surga di hadapan singgasana Allah Azza Wa Jalla Yang Maha Kuasa. Dan Malaikat Jibril berbicara kepada lelaki itu: ’Dengan rahmat dan kasih Allah Azza Wa Jalla, Penciptamu, perbuatan burukmu telah dimaafkan, Kini masuklah dengan damai.’
Dan kini, kebenaran memasuki hati sipenjahat itu. Ia amat takjub, air mata menetes dari matanya. Lalu ia menyaksikan keagungan dan keindahan Dzat Yang Maha Pengasih. Ia pun tersungkur dan menangis sejadi-jadinya.
Dan Allah Azza Wa Jalla berfirman kepadanya: ”Wahai anak cucu Adam, janganlah takut. Sebab tiada satu pun yang terperosok ke dasar tanpa bisa Aku angkat kembali ke permukaan”
Penjahat itu tak lagi jeri. Ia berlutut dan bersujud kepada-Nya sembari terus menangis. Air matanya mengalir tiada henti. Ia menyesali hidupnya yang kelam di masa lampau. Air matanya menjadi aliran rahmat yang tak bisa berhenti. Ia akan terus menangis kalau saja visi yang dihadirkan Allah Azza Wa Jalla itu tidak diakhiri. Kedua lelaki itu bangun mendadak. Kemudian sang penjahat melihat si faqir. Ia mendekati faqir itu sambil masih menangis. Si faqir yang mengetahui keadaanya lalu memeluknya. Mereka berdua melakukan shalat dan berdoa bersama sampai fajar mengembang. Akhirnya, penjahat itu menjadi murid si faqir. Sementara itu, Malaikat Munkar dan Nakir, yang baru saja melihat setetes dari rahmat Allah Azza Wa Jalla yang tiada habisnya, bersujud di hadapan Allah Azza Wa Jalla. Mereka malu karena terburu-buru menghakimi. Penilaian Allah Azza Wa Jalla berada di luar pemahaman manusia dan malaikat. Demikianlah…
Membersihkan hati dari penghakiman akan membuka salah satu Jalan Cinta.

Karchmar, Irving. Master Of theJinn: A Sufi Novel. Bay Street Press, Sag Harbor, New York.2004