Minggu, 19 Juni 2011

Notes kecil untuk dibaca ulang


Aku mempunyai notes untuk selalu ditulis yang kemudian dibaca ulang, tapi inilah yang aku tulis. Tapi salahkah aku menulis hal seperti ini? Tentu jawabannya tidak salah. Sebab aku mempunyai alasan mengapa aku menulis hal ini. Tahukah anda kenapa orang-orang yang ditinggal pergi (seperti kata orang Yunani yang tidak ingin menulisnya) tak mampu menulis obituari (berita kematian) tentang kerabatnya atau sahabatnya? Hanya satu pertanyaan yang diajukan jika ada yang meninggal : adakah ia mempunyai passion (gairah)dalam menjalani hidup? Gairah yang hidup dalam segala hal ihwal saat dia dalam kehidupan di dunia dan kemudian dia cukup menulis sebagai bahan renungan dikemudian hari. Maka dari itulah notes ini serasa begitu berguna bagiku bila ingin mengingat sesuatu, sehingga aku mempunyai kesempatan untuk membaca ulang kembali.
Ada sebuah kisah dari sahabatku yang aku tulis di notes ini. Saat dia meninggal akibat komplikasi atas kehilangan soulmatenya dan tunangannya dalam waktu hampir bersamaan. Saat dia akan menikah dan waktu menunjukan kurang dari seminggu dia akan menikah, tetapi dia memutuskan untuk mencari soulmateny. Tentu saja dia bertemu dengan soulmatenya, akan tetapi solmatenya tersebut telah memilih lelaki yang lain. Dan saat dia kembali ke acara pertunangannya, dia hanya terlambat 5 menit setelah pertunangannya dibubarkan. Sungguh di luar dugaan. Maka aku menulis hal ini dalam notesku.
Dia seorang manager di sebuah perusahaan. Kepribadianya cukup menawan. Dia berbicaa lembut dan obsesif. Dia tak pernah melihat bagian dari romantisme kehidupannya tanpa harapan. Tapi di minggu terakhirnya kemarin, dia menemukan sisi tak dikenal dari jiwanya. Kepribadian yang tersembunyi ini mencuat ke permukaan selama penyelidikan gaya Agatha Christie untuk mencari soulmatenya, gadis yang pernah bersamanya selama beberapa jam yang tak terlupakan (beberapa tahun yang lalu). Sayangnya, pencarian yang gigih tersebut berakhir pada Sabtu malam dengan hasil yang menyedihkan. Walaupun terkalahkan begitu saja, dia cukup pemberani dalam berpegang teguh pada keyakinan bahwa hidup adalah serangkaian kebetulan-kebetulan tanpa makna. Tapi juga rangkaian kejadian indah yang merupakan bagian dari rencana yang luhur. Ditanya tentang kehilangan, dia menggambarkan bahwa sebagai manusia janganlah berubah pada saat di hari-hari terakhir tetapi mulailah disaat kamu merasa jatuh sehingga “Segalanya menjadi jelas untuk hidup yang lebih baik”. Pada dasarnya dia menyimpulkan jika kita menjalani hidup secara harmoni dengan alam semesta, kita harus mempunyai keyakinan yang kuat yang nenek moyang dulu biasa menyebutnya “fatum”, yang sekarang disebut sebagai takdir. Takdir akan membawa kita sejauh mana kita mampu berkeyakinan untuk melangkah. Itulah “Takdir/Destiny/Fated/Predestinate”.

2 komentar:

  1. beruntunglah kamu yang dibekali Allah kemampuan untuk berjuang,
    tidak hanya menyerah begitu saja pada apa yang kita alami,
    karena itu sahabat, teruslah berusaha mencapai apapun yang kamu ingin raih,
    sakit memang, lelah memang, tetapi bila kamu sudah sampai dipuncaknya,
    semua pengorbanan itu pasti akan terbayar..

    BalasHapus
  2. oooouuuh yeeeaaah.... Insya Alloh, Barokallohu, Alhamdulillah...

    BalasHapus