Rabu, 13 Januari 2016

Manajemen Yang Apa Adanya


Ketika kita pertama kali masuk dalam dunia organisasi, seringkali kita berusaha melakukan semuanya dengan usaha kita yang terbaik. Namun seiring berjalannya waktu kita memahami dunia organisasi adalah dunia untuk membaca segalanya, dunia untuk mencoba segalanya, dunia untuk menemukan dan mengelola semua sumber daya yang ada, dan dunia yang penuh permasalahan sangat kompleks antar individunya. Dengan begitu mudah dipahami untuk menjadi bagian dari manajerial di tahun kedua ataupun berikutnya sangat enggan dengan berbagai alasan. Dengan alasan tenaga telah dioptimalkan di tahun pertama, mengejar hal-hal lain yang diimpikanya, ingin mencoba tantangan baru di organisasi yang lain, dan sebagainya. Begitulah kehidupan organisasi yang memang sebagai wadah pembelajaran manajer pemula. Organisasi yang akan kita bahas ini adalah sebuah organisasi di tingkatan mahasiswa yaitu organisasi unit kegiatan mahasiswa. Kita menyadari dalam organisasi mahasiswa ini yang keuntungan finansial bukanlah sebagai tujuan utama. Dan organisasi kemahasiswaan ini merupakan organisasi gotong royong untuk menghidupinya, namun dalam organisasi gotong royong ini yang berazaskan kekeluargaan akan menjadi sebuah jawaban bagaimana berkarya dengan baik dalam keadaan sumber daya yang kurang memadai. Kita memang memiliki pilihan dan lebih ahli dalam beberapa hal atau bahkan satu hal dibanding dengan orang lain (sebagai akibat karena hal-hal itu menjadi pilihan kita). Dengan adanya organisasi mahasiswa ini diharapakan adanya pengembangan diri (pengembangan dalam hal keahlian menangani orang lain, pengembangan keahlian yang sudah ada menjadi lebih terperinci lagi, pengembangan dan mengajarkan keahlian pada orang lain) dan konsep dasarnya adalah saling bertukar ilmu. Namun dengan adanya transfer of knowledge tadi, jangan juga menghambat perkembangan antar individu. Pengalaman yang sudah kita dapatkan jangan menjadi sebuah patokan akan keberhasilan untuk orang lain namun jadikan pengalaman kita tersebut menjadi sebuah keyakinan dan karakteristik pribadi untuk menjadi modal yang diperlukan untuk menjadikan sebuah organisasi lebih berkembang secara efektif dan efisien.

Kita memiliki sebuah pengalaman yang sangat besar. Sembilan puluh lima persen dari apa yang kita pelajari berasal dari pengalaman dengan hanya lima persen berasal dari buku, pelatihan dan sebagainya (patut diteliti, bukan?). Jika ilmu-ilmu yang didapatkan dari buku, pelatihan dan lainnya tersebut dapat dihubungkan dan diselaraskan dengan pengalaman yang kita miliki, maka ilmu-ilmu tersebut akan menjadi mitra kita yang setara dan pada akhirnya akan menjadi wawasan yang dapat memperbaiki kinerja kita. Merupakan awal yang baik bila setiap gagasan yang terbentuk dari ide-ide “aneh” setiap individu dapat ditampumg oleh organisasi untuk dijadikan wawasan yang berkembang menjadi sebuah program kerja. Memang, hampir semua gagasan yang ditawarkan tidak dapat diakomodir semuanya dan sepenuhnya, setidaknya kumpulan dari semua gagasan tersebut yang masuk akal dapat dijadikan sebuah program kerja. Gagasan besar tidak didapat dari rasa skeptis, melainkan dari uji coba yang dikelola dan mudah diterapkan untuk keberhasilan bersama. Dari gagasan tersebut kita belajar untuk beruji coba, belajar dari pengalaman mencoba melakukan sesuatu, memerhatikan apa yang tidak berhasil, dan mengubah pendekatan kita sampai kita menemukan yang cocok untuk diterapkan pada organisasi kita. Kesalahan terbesar yang dibuat orang ketika mencoba mengasumsikan bahwa cara memberdayakan orang lain dengan cara dan gaya yang sama. Kita tidak pernah tahu bahwa itu adalah kesalahan terbesar bagi kita sebagai pemimpin organisasi ataupun kepala divisi di sebuah organisasi. Jangan berasumsi. Cara yang tepat adalah amati sejenak, cermati perilakunya, ketahui sikapnya lalu terapkan pendekatan yang bagaimana yang akan dipilih. Memiliki keahlian berkomunikasi yang luar biasa/istimewa sangat menjamin kesuksesan kita dalam penerapan pendekatan ini, tapi jika saja kita tidak yakin bahwa berbicara tidak pernah menyeleseikan apapun maka keahlian itu tidak akan ada manfaatnya. Sangat penting menemukan dan menentukan waktu yang tepat untuk melakukan pendekatan. Sebab yang seharusnya adalah mengembangkan suatu  cara mengelola individu-individu yang berbeda menjadi individu yang istimewa, bukan cara bagaimana pengrusakan individu bagi setiap yang terlibat dalam organisasi.

Apabila kita seperti kebanyakan organisasi yang hanya pandai dalam berkonsep namun tidak dapat meyakinkan dalam menjelaskan konsep tersebut, maka kita hanya handal dalam menuliskan sebuah cerita tapi tidak tahu alur cerita itu akan dibawa kemana. Dalam manajerial sebuah organisasi memang membutuhkan seorang manajer handal yang bisa melihat masa depan. Bukan mendahului takdir, namun menyiapkan konsep yang masuk akal, menjelaskan konsepnya secara meyakinkan, mencoba melakukan sesuatu berdasarkan intuisi (mengetahui sesuatu tanpa tahu bagaimanacara kita mengetahuinya) agar konsep itu berjalan dengan baik, dan  kita membutuhkan pemicu-pemicu dari alam bawah sadar kita untuk mensinkronkan itu semuanya. Kita semua tahu bagaimana hal itu bekerja. Memang lebih mudah mengatakannya daripada melaksankannya. Suatu keyakinan yang diubah atau dimanipulasi sedikit saja maka akan menjadi motivasi yang dapat memicu perilaku tanpa menuntut kekuatan kemauan yang besar. Perubahan keyakinan tersebut hanya memerlukan sepersekian detik untuk mencapainya dan akan bertahan untuk selama-lamanya. Hal itulah yang ingin dicari dan dicapai, keefektifan. Keefektifan adalah konsep ketika orang-orang berbahagia untuk melakukan sesuatu karena alasan-alasan yang sehat. Inilah manajemen apa adanya yang orang-orang bekerja didalamnya menjadi bahagia dengan alasan yang sehat (mereka benar-benar melihat segala hal sebagaimana adanya dan tidak sebagaimana yang mereka inginkan). Sebab ada juga orang orang yang bahagia tapi bersifat khayalan atau tidak bahagia sebab menjadi korban atau karena alsan-alasan yang tidak sehat (mereka mengubah apa yang mereka lihat untuk disesuaikan dengan kenyataan internal mereka). Jika kita tidak berbahagia dengan respon dari organisasi yang kita ikuti, tidak memperoleh pengalaman-pengalaman yang kita inginkan maka kita boleh saja mempunyai opsi. Opsi pertama, lanjutkan terus apa adanya, seperti seorang memerankan korban melodrama sendiri, menyalahkan situasi atau orang lain, dan menyeret mereka bersama dengan kita. Opsi kedua, melihat kembali hasil-hasil yang telah lampau, kemudian kita mengubah mereka sesuai dengan pengalaman kita tersebut agar kita senang. Atau opsi ketiga, kita beranggapan bahwa apa yang kita dapat adalah program kerja yang kita inginkan dan telusuri kembali keyakinan awal yang mendorong perilaku organisasi, jika kita setuju dengan keyakinan-keyakinan itu maka kembalilah ke opsi kedua dan bila tidak setuju maka periksa kembali hal itu kemudian kembangkan alternatif-alternatif lain untuk mengubah program kerja dan perilaku organisasi serta capailah hasil-hasil yang berbeda dengan lebih baik. 

Dan pada akhirnya mari kita membuatnya tetap menjadi kenyataan bahwa konsep dan hasil apapun pada dasarnya mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi, apa yang saya tulis ini semoga dapat memberikan yang terbaik untuk organisasi kita. Apa yang saya tulis ini akan bekerja hanya bila kita menggunakan nalar dan wawasan ini sebagai pemicu untuk mengangkat pengalaman dan wawasan intuitif kita, sebab pada akhirnya hanya wawasan dan konsep yang dapat dijelaskan secara meyakinkan yang dapat memperbaiki kinerja kita untuk organisasi. Dan jangan lupa untuk sering-sering bertanya pada diri kita masing-masing, apakah kita bahagia dengan hasil-hasil yang telah dicapai? Bagaimana selanjutnya?

Referensi :

Real Coaching and Feedback, JK Smart 2003 (Karen Smart).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar