Ketika
kita pertama kali masuk dalam dunia organisasi, seringkali kita berusaha
melakukan semuanya dengan usaha kita yang terbaik. Namun seiring berjalannya
waktu kita memahami dunia organisasi adalah dunia untuk membaca segalanya,
dunia untuk mencoba segalanya, dunia untuk menemukan dan mengelola semua sumber
daya yang ada, dan dunia yang penuh permasalahan sangat kompleks antar
individunya. Dengan begitu mudah dipahami untuk menjadi bagian dari manajerial
di tahun kedua ataupun berikutnya sangat enggan dengan berbagai alasan. Dengan
alasan tenaga telah dioptimalkan di tahun pertama, mengejar hal-hal lain yang
diimpikanya, ingin mencoba tantangan baru di organisasi yang lain, dan
sebagainya. Begitulah kehidupan organisasi yang memang sebagai wadah pembelajaran
manajer pemula. Organisasi yang akan kita bahas ini adalah sebuah organisasi di
tingkatan mahasiswa yaitu organisasi unit kegiatan mahasiswa. Kita menyadari
dalam organisasi mahasiswa ini yang keuntungan finansial bukanlah sebagai
tujuan utama. Dan organisasi kemahasiswaan ini merupakan organisasi gotong
royong untuk menghidupinya, namun dalam organisasi gotong royong ini yang
berazaskan kekeluargaan akan menjadi sebuah jawaban bagaimana berkarya dengan
baik dalam keadaan sumber daya yang kurang memadai. Kita memang memiliki
pilihan dan lebih ahli dalam beberapa hal atau bahkan satu hal dibanding dengan
orang lain (sebagai akibat karena hal-hal itu menjadi pilihan kita). Dengan
adanya organisasi mahasiswa ini diharapakan adanya pengembangan diri (pengembangan
dalam hal keahlian menangani orang lain, pengembangan keahlian yang sudah ada
menjadi lebih terperinci lagi, pengembangan dan mengajarkan keahlian pada orang
lain) dan konsep dasarnya adalah saling bertukar ilmu. Namun dengan adanya transfer of knowledge tadi, jangan juga
menghambat perkembangan antar individu. Pengalaman yang sudah kita dapatkan
jangan menjadi sebuah patokan akan keberhasilan untuk orang lain namun jadikan
pengalaman kita tersebut menjadi sebuah keyakinan dan karakteristik pribadi
untuk menjadi modal yang diperlukan untuk menjadikan sebuah organisasi lebih
berkembang secara efektif dan efisien.
Kita
memiliki sebuah pengalaman yang sangat besar. Sembilan puluh lima persen dari
apa yang kita pelajari berasal dari pengalaman dengan hanya lima persen berasal
dari buku, pelatihan dan sebagainya (patut diteliti, bukan?). Jika ilmu-ilmu
yang didapatkan dari buku, pelatihan dan lainnya tersebut dapat dihubungkan dan
diselaraskan dengan pengalaman yang kita miliki, maka ilmu-ilmu tersebut akan
menjadi mitra kita yang setara dan pada akhirnya akan menjadi wawasan yang
dapat memperbaiki kinerja kita. Merupakan awal yang baik bila setiap gagasan
yang terbentuk dari ide-ide “aneh” setiap individu dapat ditampumg oleh organisasi
untuk dijadikan wawasan yang berkembang menjadi sebuah program kerja. Memang, hampir
semua gagasan yang ditawarkan tidak dapat diakomodir semuanya dan sepenuhnya,
setidaknya kumpulan dari semua gagasan tersebut yang masuk akal dapat dijadikan
sebuah program kerja. Gagasan besar tidak didapat dari rasa skeptis, melainkan
dari uji coba yang dikelola dan mudah diterapkan untuk keberhasilan bersama.
Dari gagasan tersebut kita belajar untuk beruji coba, belajar dari pengalaman
mencoba melakukan sesuatu, memerhatikan apa yang tidak berhasil, dan mengubah
pendekatan kita sampai kita menemukan yang cocok untuk diterapkan pada
organisasi kita. Kesalahan terbesar yang dibuat orang ketika mencoba
mengasumsikan bahwa cara memberdayakan orang lain dengan cara dan gaya yang
sama. Kita tidak pernah tahu bahwa itu adalah kesalahan terbesar bagi kita
sebagai pemimpin organisasi ataupun kepala divisi di sebuah organisasi. Jangan
berasumsi. Cara yang tepat adalah amati sejenak, cermati perilakunya, ketahui
sikapnya lalu terapkan pendekatan yang bagaimana yang akan dipilih. Memiliki
keahlian berkomunikasi yang luar biasa/istimewa sangat menjamin kesuksesan kita
dalam penerapan pendekatan ini, tapi jika saja kita tidak yakin bahwa berbicara
tidak pernah menyeleseikan apapun maka keahlian itu tidak akan ada manfaatnya. Sangat penting menemukan dan menentukan waktu yang tepat
untuk melakukan pendekatan. Sebab yang seharusnya adalah mengembangkan suatu cara mengelola individu-individu yang berbeda
menjadi individu yang istimewa, bukan cara bagaimana pengrusakan individu bagi
setiap yang terlibat dalam organisasi.
Apabila
kita seperti kebanyakan organisasi yang hanya pandai dalam berkonsep namun
tidak dapat meyakinkan dalam menjelaskan konsep tersebut, maka kita hanya
handal dalam menuliskan sebuah cerita tapi tidak tahu alur cerita itu akan
dibawa kemana. Dalam manajerial sebuah organisasi memang membutuhkan seorang
manajer handal yang bisa melihat masa depan. Bukan mendahului takdir, namun
menyiapkan konsep yang masuk akal, menjelaskan konsepnya secara meyakinkan,
mencoba melakukan sesuatu berdasarkan intuisi (mengetahui sesuatu tanpa tahu
bagaimanacara kita mengetahuinya) agar konsep itu berjalan dengan baik,
dan kita membutuhkan pemicu-pemicu dari
alam bawah sadar kita untuk mensinkronkan itu semuanya. Kita semua tahu
bagaimana hal itu bekerja. Memang lebih mudah mengatakannya daripada
melaksankannya. Suatu keyakinan yang diubah atau dimanipulasi sedikit saja maka
akan menjadi motivasi yang dapat memicu perilaku tanpa menuntut kekuatan
kemauan yang besar. Perubahan keyakinan tersebut hanya memerlukan sepersekian
detik untuk mencapainya dan akan bertahan untuk selama-lamanya. Hal itulah yang
ingin dicari dan dicapai, keefektifan. Keefektifan adalah konsep ketika
orang-orang berbahagia untuk melakukan sesuatu karena alasan-alasan yang sehat.
Inilah manajemen apa adanya yang orang-orang bekerja didalamnya menjadi bahagia
dengan alasan yang sehat (mereka benar-benar melihat segala hal sebagaimana
adanya dan tidak sebagaimana yang mereka inginkan). Sebab ada juga orang orang
yang bahagia tapi bersifat khayalan atau tidak bahagia sebab menjadi korban
atau karena alsan-alasan yang tidak sehat (mereka mengubah apa yang mereka
lihat untuk disesuaikan dengan kenyataan internal mereka). Jika kita tidak
berbahagia dengan respon dari organisasi yang kita ikuti, tidak memperoleh
pengalaman-pengalaman yang kita inginkan maka kita boleh saja mempunyai opsi. Opsi
pertama, lanjutkan terus apa adanya, seperti seorang memerankan korban
melodrama sendiri, menyalahkan situasi atau orang lain, dan menyeret mereka
bersama dengan kita. Opsi kedua, melihat kembali hasil-hasil yang telah lampau,
kemudian kita mengubah mereka sesuai dengan pengalaman kita tersebut agar kita
senang. Atau opsi ketiga, kita beranggapan bahwa apa yang kita dapat adalah
program kerja yang kita inginkan dan telusuri kembali keyakinan awal yang
mendorong perilaku organisasi, jika kita setuju dengan keyakinan-keyakinan itu
maka kembalilah ke opsi kedua dan bila tidak setuju maka periksa kembali hal
itu kemudian kembangkan alternatif-alternatif lain untuk mengubah program kerja
dan perilaku organisasi serta capailah hasil-hasil yang berbeda dengan lebih
baik.
Dan
pada akhirnya mari kita membuatnya tetap menjadi kenyataan bahwa konsep dan
hasil apapun pada dasarnya mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Jadi, apa yang saya tulis ini semoga dapat memberikan yang terbaik untuk
organisasi kita. Apa yang saya tulis ini akan bekerja hanya bila kita
menggunakan nalar dan wawasan ini sebagai pemicu untuk mengangkat pengalaman
dan wawasan intuitif kita, sebab pada akhirnya hanya wawasan dan konsep yang
dapat dijelaskan secara meyakinkan yang dapat memperbaiki kinerja kita untuk
organisasi. Dan jangan lupa untuk sering-sering bertanya pada diri kita
masing-masing, apakah kita bahagia dengan hasil-hasil yang telah dicapai?
Bagaimana selanjutnya?
Referensi :
Real Coaching and Feedback, JK Smart 2003 (Karen
Smart).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar